29. Bunda

1.7K 158 47
                                    


DamarWulan datang lagi! 😄😄

Iya iya. Aku sadar udah telat Up, kok! 😂
Maafin! 🙏🙏

Cus! Enggak usah banyak basa-basi. Langsung baca aja.

Yuk kasih vote ☆ nya dulu, yang banyak! 😄

Happy reading!

🍁🍁🍁

Wulan masih terpaku di tempatnya berdiri sambil memperhatikan bangunan bercat putih yang ada di hadapannya ini dengan tatapan tak yakinnya. Wulan bingung kenapa Damar malah membawanya ke tempat ini.

Sedangkan di sampingnya Damar pun melakukan hal yang sama. Damar hanya terdiam bersandar di motornya sambil menghela napasnya yang terdengar berat berkali-kali, membuat Wulan menoleh memperhatikan wajah Damar yang terlihat gusar.

"Damar!"

Sang pemilik nama pun menoleh sambil tersenyum kecil. "Masuk yuk!" ajaknya sambil menarik lengan Wulan untuk memasuki pintu utama yang terbuat dari kaca itu.

Selama berjalan memasuki bangunan tersebut kebingungan Wulan semakin menjadi. Sesekali Wulan akan mengedarkan pandangannya menatap apa saja yang ia lewati. Ia lalu kembali menoleh ke arah Damar yang masih saja terdiam tak mengatakan apa pun. Sedangkan genggaman Damar semakin lama semakin erat saja.

"Damar, katanya kita mau ketemu bunda. Kok malah ke sini?" tanya Wulan akhirnya menyerukan kebingungan yang sejak tadi mengganggunya.

Bukan tanpa alasan Wulan mengatakan itu. Karena tempat yang mereka kunjungi adalah tempat yang tidak pernah Wulan duga sebelumnya. Tempat ini penuh dengan orang-orang berkebutuhan khusus. Bukan, bukan cacat secara fisik, tapi lebih ke cacat mental dan psikisnya. Iya, tempat ini adalah sebuah rumah sakit. Rumah sakit jiwa lebih tempatnya. Atau bunda Damar salah satu dokter di tempat ini? Mungkin iya.

Sepanjang Wulan berjalan ada banyak pasien yang berkeliaran di sini tapi masih dengan pengawasan perawat. Ada seseorang yang menangis dan tertawa tanpa sebab, ada juga terlihat begitu bergembira sampai berlarian ke sana kemari membuat sang perawat kewalahan, tapi berbeda dengan yang tengah Wulan lewati saat ini. Sesosok pria yang hanya terdiam membisu dengan tatapan kosongnya seolah begitu banyak beban yang ia tanggung.

Hingga tiba-tiba saja, seseorang menghadang langkahnya yang membuat Wulan berjengket kaget dan seketika menghentikan langkah kakinya. Terlihat seorang cowok yang sepertinya seusia dengan dirinya berdiri di hadapannya dengan senyuman lebar yang terlihat begitu polos berpakaian seperti pasien lain. Tanpa sadar Wulan merapatkan tubuhnya dengan Damar dan berpegangan lengan Damar erat sedikit takut.

Terlihat tangan si pasien itu yang sejak tadi tersembunyi di belakang punggung terulur di hadapan Wulan dengan segenggam bunga sepatu di tangannya.

"Cantik! Cantik!" celetuk pasien itu berkali-kali.

Damar yang melihat itu pun terkekeh geli dibuatnya. "Terima gih!" ucapnya sambil menoleh ke arah Wulan yang terlihat memasang wajah ngerinya.

"Huh?" gumam Wulan masih tak paham.

"Namanya Gio. Dia bilang lo cantik. Bunga itu buat lo. Gio akan sedih kalo lo enggak terima bunganya."

Untuk sesaat Wulan mengernyit tak yakin, tapi melihat tatapan berharap dari Gio membuat Wulan perlahan menerima bunga itu.

"M-makasih," cicit Wulan ragu.

Hal itu berhasil membuat Gio terkekeh kecil dengan wajah malu-malunya, sebelum akhirnya Gio pun pergi dari hadapan mereka sambil melompat-lompat kecil. Sepertinya Gio begitu senang.

DamarWulan (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang