Hai! Hai! Selamat malam!
DamarWulan datang lagi membawa kegalauan di malam minggu kalian! 😆Oh ya! Part ini panjaaaaaang!
Tapi, di sarankan bacanya jangan di skip, saya yakin part ini enggak akan bikin kalian bosen! 😜Please, kasih bintang kecilnya 🌟sebelum baca. Jangan pelit! 😌
Happy reading!
🍁🍁🍁
Wulan berjalan memasuki area sekolah dengan tenangnya. Masa bodoh dengan tatapan sinis yang ia terima sepanjang ia berjalan. Tidak peduli lagi dengan bisikan yang ia dengar sekitarnya. Wulan tidak lagi peduli dengan semua itu. Tatapan Wulan datar, cenderung kosong.
Bahkan ketika seseorang sengaja menubruknya hingga tubuhnya terhuyung hampir terjatuh, Wulan hanya diam dengan tatapan tajam yang ia berikan. Tangannya terkepal, ingin membalas. Tapi, Wulan tak melakukannya. Ia tidak mau berurusan dengan seseorang yang bertingkah sok tahu atas segalanya seperti mereka. Buang-buang waktu.
Begitu sampai kelas, Wulan langsung duduk di kursinya, merebahkan kepalanya di meja, menutup mata, lalu menghembuskan napasnya lelah. Kenyataan bahwa dirinya hanya anak haram benar-benar menghancurkannya. Membuat Wulan tidak bisa memikirkan apa pun saat ini. Ia hanya ingin berdiam diri tanpa diganggu.
Entah berapa lama Wulan menutup mata, hingga lambat laun terdengar kelas yang mulai ramai. Tapi, tak membuat Wulan ingin membuka matanya, dan mengubah posisi nyamannya. Hingga sebuah pekikkan suara cempreng yang familier berhasil mengganggunya.
"Selamat pagi, Wulan sayang!"
"Pagi," jawab Wulan seadanya, menjawab sapaan Uun yang sudah duduk di sampingnya.
"Dih! Kok lemes gitu jawabnya! Semangat dong!"
Wulan hanya membuka mata, dan tersenyum kecil, tanpa mengubah posisinya, dan itu berhasil menarik perhatian Uun. Gadis itu memperhatikan Wulan lamat-lamat.
"Lo sakit?" pekik Uun heboh. Menempelkan tangannya di dahi Wulan. Melihat wajah pucat Wulan membuatnya yakin.
"Ih iya! Badan lo panas! Kenapa lo berangkat kalo sakit!"
"Siapa yang sakit?"
Pipit yang baru datang langsung nimbrung.
"Noh! Si Wulan!"
Wulan menghela napasnya melihat Pipit yang sudah menatapnya dengan meneliti. Sebelum kedua sahabatnya ini heboh sendiri, Wulan pun menegakkan posisi duduknya.
"Gue enggak apa-apa. Kalian tenang aja!" jawab Wulan tenang, tanpa menatap mereka. Mungkin benar dirinya sakit. Eyang bahkan sempat melarangnya untuk berangkat sekolah tadi pagi.
"Ini yang bikin kita sebel sama lo, Lan! Kenapa sih! Lo selalu bilang baik-baik aja di depan kita! Muka udah pucet gitu masih aja ngelak!" omel Pipit yang mulai gemas dengan sifat tertutup sahabatnya ini.
Wulan mengusap wajahnya. " Ya karena emang gue enggak apa-apa. Gue cuma kecapean aja kok!"
"Bukan karena masalah itu 'kan?"
Kali ini Wulan terdiam. Mungkin iya, mungkin juga tidak. Memang, Wulan cukup tertekan dengan masalah kemarin dan semalam. Ditambah ia sempat kehujanan tadi malam bersama Kean, jadilah ia drop seperti ini.
Baru saja ia teringat akan Kean, terlihat sosok cowok itu yang baru saja masuk ke dalam kelas. Kean memberikan senyuman kecil untuknya yang ia balas dengan senyuman pula.
Hanya sesaat, karena senyuman Wulan langsung surut tatkala ia melihat sosok lain di belakang Kean. Damar.
Wulan hanya terdiam menatap Damar yang juga tengah menatapnya. Dan ada sesuatu yang menarik perhatian Wulan. Tatapan Wulan tertuju pada bibir Damar yang terlihat sedikit membiru. Apa yang terjadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
DamarWulan (Completed✔)
Teen FictionIni bukan kisah seorang kesatria dari Majapahit atau sejenisnya. Ini kisah absurd tentang dua anak manusia yang tidak pernah akur seperti kucing dan tikus, seperti Upin ipin dan Kak Ros yang selalu meributkan hal sepele, memiliki sifat keras kepala...