Hai! Hai! DamarWulan datang lagi!😄😄
Kuy! Pencen VOTE bintang kecilnya ☆ sebelum baca! Yanga banyak! 😆
Happy reading!
🍁🍁🍁
Damar mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan kota yang cukup lengang tanpa peduli sekitarnya. Bahkan ia tak memedulikan Kean yang mengikutinya dari belakang sesekali mengingatkannya. Fokusnya hanya pada tempat tujuannya saat ini. Dia tidak punya banyak waktu. Terlambat, atau menyesal selamanya. Ingatannya terus terngiang percakapannya dengan Pipit beberapa saat yang lalu.
"Damar. Gue punya dua kabar buat lo. Baik dan buruk. Kabar baiknya Wulan udah sadar tadi pagi, tapi masih kritis. Gue aja belum sempet liat dia. Dan kabar buruknya Wulan akan pergi. Keluarganya memutuskan untuk memindahkan Wulan ke rumah sakit lain di luar negeri."
"A-apa? L-lo becanda 'kan?"
"Enggak! Gue serius! Gue udah ngomong sama eyang. Dan kemungkinan mereka enggak akan balik lagi ke Jakarta alias pindah, bener-bener pindah. Jadi, mendingan lo ke rumah sakit sekarang. Gue denger tiga puluh menit lagi mereka udah berangkat ke Bandara."
Hal itulah yang membuat Damar tidak lagi membuang waktu yang tersisa. Tidak. Wulannya tidak boleh pergi. Setidaknya sebelum ia bertatap muka dengan kekasihnya itu. Setidaknya ia harus menyelesaikan permasalahannya dengan Wulan terlebih dahulu. Memikirkan dirinya akan berpisah dengan Wulan mampu membuat Damar ketakutan setengah mati.
🍁🍁
Damar menghentikan motornya di area rumah sakit, disusul oleh Kean yang ada di belakangnya.
"Damar! Lo gila! Lo udah bosen hidup, huh?" sentak Kean yang masih begitu waswas melihat bagaimana cara Damar mengendarai motornya.
"Gue enggak ada waktu buat ladenin omelan lo, Bang!" balas Damar acuh.
Setelah itu, ia pun segera berlari meninggalkan Kean yang sudah menghembuskan napasnya kasar, dan berlari menyusul Damar yang sudah menghilang di balik pintu lobi rumah sakit.
"Damar!"
Langkah Damar terhenti. Menoleh, dan menemukan Pipit dan Uun yang sepertinya sengaja menunggu di lobi. Ia pun menghampiri mereka.
"Wulan di mana? Dia di mana?" tanya Damar langsung dengan gugup.
"Tadi masih ada di ruangannya, lo ikut gue sekarang!"
Damar mengangguk, dan langsung mengikuti langkah Pipit yang terburu-buru. Memasuki lift yang perlahan merangkak naik menuju lantai tiga. Mereka kemudian keluar secara bersamaan, termasuk Kean yang sejak tadi hanya terdiam mengikuti tanpa tahu apa pun.
Tatapan Damar lalu tertuju pada seseorang di kejauhan sana. Ada eyang Laksmi, Mama dan papa Wulan tengah berdiri di depan sebuah ruangan.
Hingga tidak lama kemudian, Damar melihat seorang dokter yang keluar, yang kemudian disusul oleh dua perawat tengah mendorong sebuah ranjang rawat dengan sesosok tubuh yang terbaring di sana keluar dari ruangan itu. Berbagai alat medis sudah terpasang di sana.
Wulan, itu Wulannya. Langkah Damar mulai goyah, melambat. Damar terpaku untuk sesaat, sebelum akhirnya kesadarannya pun kembali ketika ia melihat ranjang tersebut mulai menjauh. Damar pun panik, ia segera berlari guna menyusul.
"Wulan! Tunggu! Berhenti sebentar!" serunya tanpa peduli di mana dirinya kini berada sambil terus berlari mendekat.
Namun, langkah Damar terhenti ketika seseorang menahan tubuhnya. Itu Tio yang melakukannya. Damar berontak, mencoba melepaskan diri. Tatapannya terus tertuju pada Wulan yang perlahan menghilang di belokan sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DamarWulan (Completed✔)
Teen FictionIni bukan kisah seorang kesatria dari Majapahit atau sejenisnya. Ini kisah absurd tentang dua anak manusia yang tidak pernah akur seperti kucing dan tikus, seperti Upin ipin dan Kak Ros yang selalu meributkan hal sepele, memiliki sifat keras kepala...