4. Hukuman pertama II

2.9K 196 57
                                    

Telat Up lagi, Masih ada yang nunggu? 😁

Jangn lupa kasih vote ☆ sebelum baca..

Semoga suka.. 😄

Happy reading...

🍁🍁🍁🍁

BRAKKK!

Suara gebrakan meja menggema di kantin siang itu. Itu perbuatan Wulan yang tengah meluapkan kekesalannya atas apa yang terjadi beberapa saat yang lalu.

"Damar kampret sialan!" umpatnya dengan nafas yang menderu sedangkan tangannya masih terkepal di atas meja.

Uun yang tengah duduk di samping Wulan meringis ngeri melihat teman barunya itu terlihat sangat marah.

"Mendingan lo minum ini biar ademan dikit," ujarnya sambil menyodorkan sebotol minuman dingin di hadapan Wulan yang langsung di terima oleh gadis itu dan meminumnya.

"Heran gue sama lo berdua. dari dulu nggak pernah akur, hobi banget bikin rusuh," ujar Pipit sambil menggelengkan kepalanya.

"Bukan gue yang bikin rusuh ya, tapi cowok kampret bin sableng itu duluan!" bantah Wulan tak terima.

"Wait! jadi mereka udah musuhan dari dulu?"  tanya Uun yang memang tak mengerti.

"Beuh! Jangan di tanya gimana rusuhnya mereka berdua. Mereka itu punya julukan Tom and Jerry jadi-jadian waktu SMP. Kalo nggak Wulan yang ngerjain Damar, ya Damar yang ngerjain Wulan, gitu aja terus tiap hari. Nih ya, mereka bahkan pernah di-skors tiga hari gara-gara mecahin kaca jendela yang ketiga kalinya," terang Pipit dengan semangatnya yang membuat Uun dan Nayla yang mendengarnya menganga tak percaya sebelum akhirnya tawa mereka pecah begitu saja.

"Wah! Parah sih kalian berdua! Itu sih bukan rusuh lagi, tapi perang sekolah cucunya perang dunia! Jadi kasian gue sama kacanya," celetuk Uun yang berusaha meredakan tawanya.

Di sisi lain Wulan sudah meringis sendiri mendengarnya. Iya, Wulan ingat saat dirinya dan Damar terpaksa harus diskors tiga hari karena memecahkan kaca ruang kepala sekolah ketika ia tak sengaja melempar sebuah bola voli. Niat hati ingin memberi pelajaran pada Damar namun bola itu malah meleset jauh dan ya. . . jendela kaca pun pecah. Dan mirisnya itu bukan pertama kalinya Damar dan Wulan memecahkan kaca jendela.

"Jangan buka aib gue kenapa Pit!" kesal Wulan yang sedikit malu.

"Kenapa? emang itu kenyataannya. Lagian gue nunggu bakal ada jendela pecah lagi apa kagak di sini gara-gara ulah lo sama Damar." Pipit terkekeh setelah mengatakan itu, karena menurutnya itu bagian terseru.

"Sialan lo!" desis Wulan.

Bukannya berhenti, Pipit justru kembali menceritakan tentang segala kerusuhan yang di lakukan oleh Wulan dan Damar beberapa tahun yang lalu, sedangkan Uun dan Nayla mendengarkannya dengan cermat sambil sesekali terkikik geli.

Wulan hanya terdiam sambil mengumpat dalam hati, percuma ia memberi peringatan pada Pipit, yang ada dirinya lah yang kena semprotan maut sahabatnya itu.

"Terus nih ya, sangkin seringnya mereka bikin rusuh Pak Yono aja sampe angkat tangan."

"Terus? Terus?"

"Terus abis itu Damar dipindahin sekolah sama Budenya!"

Lagi-lagi Uun dan Nayla tertawa geli di buatnya.

"Wah, takjub gue! Pantes lah pak Yono sama budenya Damar angkat tangan, kita yang cuma denger aja udah greget gimana mereka yang harus ngurusin dua perusuh kaya mereka," celetuk Uun menimpali.

DamarWulan (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang