45.Terancam

1.3K 104 50
                                    


Pencet bintang kecilnya ⭐sebelum baca! Yang banyak! 😄

Happy reading!

🍁🍁🍁

"Bik! Wulan udah berangkat bareng sopir lagi?"

Pertanyaan itu terlontar dari Damar pagi itu, ketika ia baru saja memanaskan motornya, dan melihat bik Ros yang tengah menyiram tanaman.

Bik Ros yang mendengar itu pun menoleh, dan menjawab, "udah Mas Damar tadi pagi-pagi sekali."

Damar mendengkus sebal. Pantas mobil yang biasa Wulan naiki sudah terparkir kembali di depan rumah. Sudah satu minggu ini dirinya tidak pernah mengantar Wulan pulang pergi sekolah. Semua peraturan eyang benar-benar membuat Damar merasa terbatasi untuk bertemu dengan Wulan. Mereka hanya bisa bertemu dan mengobrol di sekolah. Itu pun hanya di jam istirahat, untung-untung kalau ada jam kosong.

"Kasian yang enggak pernah jalan sama ceweknya!"

Celetukkan bik Ros mengusik Damar yang tengah memakai helm-nya. Damar langsung melayangkan tatapan mautnya mendengar sindiran telak dari bik Ros.

"Mood Damar lagi enggak bagus ya, Bik! Jangan bikin Damar makin emosi pagi-pagi!" ketusnya.

Bik Ros terkikik geli. "Dih! Kenapa sih! Sensi amat. Efek kurang pikinik bareng pacar ya gitu, Mas. Emosian!"

"Bik!"

"Mas Damar mau bibi kasih saran enggak? biar mas Damar bisa anter pulang pergi non Wulan lagi?"

Damar yang mendengar itu pun terdiam, mulai tertarik. Damar mendekat ke arah bik Ros. "Saran apaan, Bik?" tanya Damar penasaran.

Untuk sesaat bik Ros hanya terdiam seolah tengah memikirkan sesuatu.

"Ngelamar jadi sopir aja sama Nyonya eyang. Kan mas Damar jadi bisa tuh anterin non Wulan ke mana aja. Beres 'kan?"

Damar mendesis, menutup matanya dengan kesal. Tak menyangka akan saran dari bik Ros yang terdengar hebat namun sangat tidak mungkin ia lakukan itu. Bodohnya ia yang begitu serius menanggapi ucapan bik Ros yang julidnya minta ampun. Lihatlah, perawan tua kesayangan Wulan itu sudah tertawa dengan puasnya.

Damar memicingkan matanya. "Lucu?" desis Damar dengan nada datarnya.

"Lucu, Mas. Lucu! Muka mas Damar lucu," kekeh bik Ros dengan gelinya, dan sumpah demi Neptunus itu sama sekali tidak lucu bagi Damar.

"Belum berangkat juga kamu jam segini?"

Di tengah kekesalan Damar, tiba-tiba saja terdengar suara dengan nada datar menginterupsi. Damar menoleh, dan ia begitu terkejut melihat sudah ada Eyang yang berdiri tidak jauh di belakang bik Ros.

"Eh ... Eyang! Selamat pagi, Eyang!" sapa Damar mencoba beramah-tamah dengan senyuman canggungnya.

"Gimana saya bisa percayakan Wulan sama laki-laki yang enggak disiplin seperti kamu."

Glek!

Damar menelan ludahnya sendiri tanpa sadar. Sungguh, ucapan eyang benar-benar memukul telak egonya sebagai cowok yang suka terlambat bangun pagi.

"I-iya, Eyang. Damar telat bangun lagi. Damar udah mau berangkat, kok! Damar pamit, Eyang." Damar sedikit menunduk dengan hormat. Sebelum akhirnya, ia segera berbalik, menaiki motornya dengan terburu-buru, dan segera berlalu dari sana. Lebih baik ia berangkat sekarang dari mana mendapat cap yang tidak-tidak dari eyang. Bisa-bisa ia tidak diterima sebagai cucu mantu nanti.

🍁🍁

Damar melepaskan helm yang menutupi kepalanya setelah ia memarkirkan motor di parkiran sekolah. Ia lalu mengedarkan pandangannya, mencari Wulan yang biasanya sudah menunggu, tapi ceweknya itu tak terlihat yang membuatnya hanya bisa menghela napasnya.

DamarWulan (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang