Holla...
DamarWulan datang membawa kebaperan yang tiada tara..😄😄Pencet 🌟sebelum baca..
Semoga suka..
Happy reading..
🍁🍁🍁
Hari berlalu dengan cepatnya hingga hari ini pun tiba. Hari yang akan menentukan siapa yang terbaik di antara para siswa SMA Pancasila, termasuk Damar dan Wulan yang selama satu minggu ini telah menghabiskan waktunya untuk belajar dan belajar.
Mungkin awalnya Wulan menganggap bahwa ia melakukan ini hanya untuk membuktikan diri pada Damar. Tapi belakangan Wulan sadar bahwa dirinya juga mulai tertarik dengan kejuaraan ini. Karena Wulan juga ingin membuktikan diri pada Mama dan Papanya bahwa anak yang sudah mereka abaikan juga bisa membuat mereka bangga.
Karena jujur saja, Wulan ingin sekali mendengar Mama atau Papanya memuji dirinya atas apa yang telah ia capai. Karena semenjak ia kecil di taman kanak-kanak sampai sekarang, hampir setiap tahun dirinya menjadi juara kelas, tapi selama itu pula mereka tidak pernah bereaksi apa pun. Bahkan hanya ucapan selamat pun tidak pernah terucap dari keduanya.
Wulan yang tengah serius mengerjakan soal tes menggelengkan kepalanya mencoba menghilangkan rasa kecewa yang menyambanginya. Tidak, dirinya harus fokus mengerjakan soal-soal ini, jangan sampai pikiran buruk membuatnya lengah dan kehilangan fokus.
"Konsentrasi Wulan," gumam Wulan sambil menghembuskan nafasnya berkali-kali agar dirinya kembali tenang. "Gue pasti bisa!"
Wulan lalu menoleh ke arah Damar yang duduk di meja sebelahnya, cowok itu juga tengah serius dengan kertas yang ada di genggamannya. Dan entah kenapa ucapan Damar satu minggu lalu kembali terngiang di benaknya.
"Gue enggak mungkin jatuh cinta sama dia."
Wulan kembali menggelengkan kepalanya yang sepertinya terlalu banyak makan soal-soal ini hingga membuatnya sedikit error, bagaimana mungkin dirinya memikirkan itu.
"Gue sumpahin lo jatuh cinta beneran sama gue, terus abis itu gue tolak mentah-mentah sampe lo mohon-mohon sama gue!" gumam Wulan memunculkan sifat antagonisnya, dan jangan lupa senyum evil andalannya.
"Berisik!" desis Damar yang mendengar gumaman Wulan yang sedikit mengganggunya walaupun ia tidak mendengar dengan jelas ucapan cewek itu.
Bukannya takut Wulan justru memberikan pelototan gratis pada Damar yang tengah menatapnya kesal, setelah itu ia pun kembali memusatkan perhatiannya pada soal yang sempat ia abaikan.
Di ruangan itu bukan hanya ada mereka berdua, di sana juga ada beberapa siswa lain yang juga terpilih mengikuti tes seleksi.
Sedangkan para siswa yang lainnya di perbolehkan pulang agar tidak mengganggu mengingat tes seleksi baru di laksanakan pada pukul sembilan pagi.
Tes seleksi di laksanakan menjadi dua tahap. Tahap pertama tes tertulis sedangkan tahap kedua tes secara lisan, di mana satu persatu siswa akan di berikan pertanyaan oleh kepala sekolah, dan siswa harus menjawab secara langsung.
Waktu menunjukkan pukul 12.30 siang ketika Wulan keluar ruangan setelah menyelesaikan semua tesnya dengan sukses, meskipun Wulan tidak tahu bagaimana hasilnya nanti, tapi Wulan sudah berusaha semampunya.
"Kantin masih buka enggak ya?" gumam Wulan bertanya-tanya ketika ia merasakan perutnya yang sudah berisik minta di isi.
Untuk memastikan sendiri Wulan pun berjalan melewati lorong-lorong kelas yang sudah sepi mengingat semua siswa memang sudah dipulangkan terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DamarWulan (Completed✔)
Roman pour AdolescentsIni bukan kisah seorang kesatria dari Majapahit atau sejenisnya. Ini kisah absurd tentang dua anak manusia yang tidak pernah akur seperti kucing dan tikus, seperti Upin ipin dan Kak Ros yang selalu meributkan hal sepele, memiliki sifat keras kepala...