34. Mengakui.

1.6K 151 40
                                    


Haii! DamarWulan datang lagi di malam minggu kalian! 😄😄

Monggo pencet ☆ votenya sebelum baca! Yaang banyak😄

Happy reading!

🍁🍁🍁

"Tapi ... gue masih heran kenapa lo nolak Kean, Lan?"

Wulan yang hendak memasukkan sesuap mi goreng terhenti ketika ia kembali mendengar pertanyaan yang sama dari Uun. Ia memutar bola matanya jengah. Demi apa ... ini sudah tiga hari sejak ia menceritakan perihal hubungannya sama Kean yang hanya sebatas sahabat, dan sejak saat itu pula Uun sudah menanyakan itu entah ke berapa kali.

"Lo enggak ada pertanyaan lain apa, Un?" kesal Wulan yang tiba-tiba kehilangan nafsu makannya.

"Tau lo, Un. Gue kasih saran, kurang-kurangin deh kadar ke kepoan lo! Gue takut aja lo mati gara-gara penasaran!" sambar Pipit dengan tenangnya tak peduli kini Uun sudah menatapnya tak terima.

"Iya dah iya! Mentang-mentang lo udah tau Kean ternyata masih single. Jadi tenang kan lo sekarang?" balas Uun setengah menyindir.

"Tapi, Pit! Lo enggak penasaran apa? Katanya Wulan suka sama Kean tapi pas Kean nembak dia malah nolak tanpa pikir panjang, kan aneh? Jangan-jangan Wulan udah mulai suka sama cowok lain, iya 'kan?" Rupanya jiwa rumpi Uun tak membiarkannya untuk berhenti bertanya-tanya dan mulai berasumsi yang tidak-tidak.

Pipit terdiam. Memperhatikan gerak-gerik Wulan yang kini tengah duduk di hadapannya sambil memakan mie gorengnya seolah sengaja tak mendengar pembicaraan. Padahal Pipit tahu Wulan mendengar dan mulai bersikap aneh dan gugup saat ini. Ia menyipitkan matanya curiga. Tiba-tiba saja rasa penasaran Pipit pun muncul.

"Bener emang, Lan? Lo lagi suka sama cowok lain?"

Uhuk!

Wulan tersedak oleh makanannya sendiri mendapat pertanyaan tanpa basa-basi dari sahabat-sahabatnya. Ia meminum es tehnya dengan terburu-buru dan segera melayangkan tatapan kesalnya pada mereka.

"Lo semua ya! Enggak ada pembahasan lain selain cowok!" pekik Wulan dengan kesalnya.

Sedangkan yang lain sudah menatap Wulan dengan tatapan bingungnya.

"Ya udah sih kalo emang enggak ada ya enggak usah kesel gitu. Malah kalo sikap lo kaya gini gue makin curiga kalo tebakan gue emang bener. Iya 'kan?" Pipit menunjukkan senyuman mengejeknya.

"Bener tuh pasti!" sambar Uun dengan antusiasnya.

"Siapa, Lan?" Kali ini Nayla yang juga di sana pun turut mengajukan pertanyaan, penasaran.

Wulan menghela napasnya mencoba bersabar. Sambil mengedarkan pandangannya ia mengipasi wajahnya sendiri dengan telapak tangannya. Suasana jadi sedikit gerah entah karena apa. Sungguh, Wulan tidak ingin membahas hal ini. Karena setiap kali ia ditanya akan hal yang sama, maka saat itu juga satu nama itu akan langsung muncul seolah memberi jawaban. Tapi tentu saja Wulan menolak mentah-mentah jawaban itu. Tidak mungkin.

Tapi sial bagi Wulan ketika tiba-tiba saja tatapannya terhenti pada satu sosok yang berada tidak jauh darinya. Sosok si pemilik nama itu yang belakangan terus saja berseliweran di pikirannya. Damar.

Tanpa sadar Wulan terus saja memusatkan perhatiannya kepada Damar yang kini tengah memakan bakso kesukaannya. Damar tidak sendirian, di sana sudah ada Vanes yang di sampingnya. Keduanya terlihat tengah bercanda satu sama lain

Seperti yang Wulan duga sebelumnya. Damar memang berbeda, Damar menjauh darinya. Cowok itu lebih sering menghabiskan waktunya bersama Vanes jika sedang istirahat seperti sekarang. Memang, Damar akan sesekali berbicara dengannya, itu pun dengan kata-kata Damar yang begitu menyebalkan, yang selalu berhasil membuatnya kesal. Damar tidak selembut biasanya.

DamarWulan (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang