Hai! Hai DamarWulan datang lagi! 😄Pencet bintang kecilnya ☆ sebelum baca! Yang banyak! 😆
Happy reading!
🍁🍁🍁
Solo, Jawa Tengah ....
"Nontonnya Tom and Jerry, tapi kok mukanya cemberut gitu?"
Tatapan Wulan yang sejak tadi terpaku pada layar TV di hadapannya ter alihkan. Ia menoleh, terlihat sang papa yang baru saja duduk di sampingnya, dengan secangkir kopi di tangannya.
Wulan tak menanggapi, mengalihkan tatapannya kembali ke layar TV. Tom and Jerry di depan sana tak mampu menghibur perasaannya yang gundah gulana.
"Masih mikirin Damar?"
Wulan menghela napasnya, bersandar pada sofa dengan lemas. "Damar bakal dateng enggak ya, Pa?" gumam Wulan.
"Kamu sendiri yakin enggak dia dateng apa enggak. 'kan kamu yang kenal dia kaya apa."
"Yakin enggak yakin, sih! Udah dua hari, tapi Damar enggak hubungin Wulan juga. Padahal 'kan Damar udah punya nomer Wulan. Damar pasti marah banget Wulan tinggalin gitu aja di saat dia lagi sakit. Menurut Papa gimana?"
"Emm ... kalo papa ada di posisi Damar, Papa juga bakalan marah sih!"
"Papa ih!" Wulan mendecap kesal. Bukannya menenangkannya, sang papa malah semakin memanasinya.
Papa Tio terkekeh. "Kenapa? Kamu kan tanya Papa, ya udah papa jawab sesuai perasaan Papa sebagai sesama laki-laki."
"Ya enggak usah jujur banget juga!" protes Wulan tak terima.
"Ya kamu bayangin aja. Kamu lagi sakit, tapi seseorang yang kamu butuhkan malah pergi tanpa pamit, gimana perasaan ka-"
"Kamu nyindir aku, Pa?"
Ucapan papa Tio terhenti, tatkala mendengar suara seseorang menginterupsi. Ia menoleh, menemukan sang istri yang sudah berdiri tidak jauh dari mereka. Tatapannya galak.
"Iya tuh, Ma! Papa masih enggak terima!" adu Wulan langsung. Wulan ingat, sekitar dua minggu lalu sang Papa sakit, tapi Mama malah pergi ke super market bersama bik Ros cukup lama. Alhasil, di rumah papa sempat uring-uringan tidak jelas. Merasa tak diperhatikan.
"Eh! Enggak kok! Aku cuma lagi ngasih pengertian buat Wulan. Enggak ada niatan nyindir kamu. Lagian aku juga udah lupain kejadian itu kok!"
Terlihat mama Ratna yang mendengkus kesal. "Enggak usah ngelak! Awas aja kalo kamu ungkit-ungkit lagi!" Setelah itu, ia pun pergi dari sana. Meninggalkan Papa Tio yang sudah menghela napas di tempatnya.
"Apa semua ibu hamil sensitif seperti ini?" gumamnya terdengar frustrasi. "Ma!" papa Tio bangkit dari duduknya, menyusul sang istri yang sudah pergi ke dapur.
Wulan terkekeh melihatnya. Well, papanya memang tipikal suami takut istri. Wulan mengetahui itu setelah hubungan mereka benar-benar membaik selama satu tahun enam bulan ini. Awalnya semua terasa canggung, tapi lambat laun semuanya mengalir seperti air. Suasana perlahan mencair. Papa, mama, dan juga eyang, mereka benar-benar berubah. Mereka menjaganya, merawatnya dengan kesabaran di saat dirinya dalam keadaan terpuruk. Mama dan papa perlahan sudah selayaknya suami istri yang saling mencintai satu sama lain. Pada dasarnya, keduanya memang sudah saling mencintai sejak dulu. Tapi ego di masa muda menghancurkan semuanya.
Wulan sangat bersyukur atas itu semua. Semuanya berjalan seperti yang ia mau. Doanya terkabul. Rasa syukur Wulan semakin bertambah ketika sang Mama memberikan kabar bahwa beliau tengah hamil yang kini sudah memasuki usia tujuh bulan. Maka dari itu, mereka memutuskan untuk pulang ke Solo.
KAMU SEDANG MEMBACA
DamarWulan (Completed✔)
JugendliteraturIni bukan kisah seorang kesatria dari Majapahit atau sejenisnya. Ini kisah absurd tentang dua anak manusia yang tidak pernah akur seperti kucing dan tikus, seperti Upin ipin dan Kak Ros yang selalu meributkan hal sepele, memiliki sifat keras kepala...