Hai! Hai! DamarWulan Up lagi!
Enggak lama kan hiatusnya? 😂Btw! Selamat hari raya Idul Fitri bagi kalian yang merayakannya. Mohon maaf kalo author punya salah-salah kata selama ini.
Telat? Iya saya tau! 😆
Ya udah cus aja langsung baca. Vote ⭐bintang kecilnya dulu sebelum baca!
Happy Reading!
🍁🍁🍁
"Keluar semua lo pada!"
Tepat setelah Damar mengatakan itu, tidak lama kemudian muncullah beberapa kepala yang menyembul dari balik dinding, bertumpuk dari bawah ke atas dengan rapinya, jangan lupa wajah tanpa dosa mereka yang sudah tertangkap basah. Damar memutar bola matanya jengah, tak habis pikir.
Iya, mereka, sahabat-sahabat sablengnya sudah ada di sana. Bayu, Kiki, Kean, bahkan sahabat-sahabat Wulan pun sudah ada di sana. Tatapan mereka seolah tengah mengejeknya secara terang-terangan.
"Udah puas ngintipnya?" tanya Damar dengan kesalnya.
"Cieee. Jadian!" celetuk Uun membuka suara, disertai dengan kikikan gelinya.
"Jadi ... ceritanya si kucing sama tikus akhirnya saling jatuh cinta?" Kali ini Pipit lah yang ikut berkomentar.
Di sampingnya, Kiki sudah mengendus-endus kan hidungnya seolah mencium aroma yang begitu wangi di sekitarnya. "Aroma-aroma PJ mulai tercium," ujarnya dengan senyuman sumringah.
"Mungkin ini yang namanya sakit, tapi tak berdarah," gumam Bayu dengan wajah yang ia buat semenderita mungkin. Hilang sudah kesempatannya untuk mendapatkan Wulan.
Damar memutar bola matanya jengah. "Sejak kapan kalian di sana? Pada kepo banget, sih! Heran gue!" gerutu Damar sambil mengacak rambutnya sendiri. Tatapannya lalu teralih pada Wulan yang masih terdiam shok di tempatnya. Lucu.
"Eh tukang tikung! Sayangnya jiwa kepo gue langsung muncul waktu lo bilang mau ketemu pujaan hati. Gebetan sahabat lo embat juga. Tertega lo emang!"
Bayu menyerukan kekesalannya sambil berjalan mendekat mereka, diikuti oleh yang lain.
Mendengar itu membuat Damar mendelik tak terima dengan julukan yang diberikan oleh Bayu. Tapi, sayangnya ia tidak bisa menyangkal itu. Sejak awal ia sudah tahu kalau Bayu juga tertarik dengan Wulan, jadi mungkin ucapan Bayu benar adanya. Ayolah! Tetap saja ia tidak terima dengan julukan itu. Ia bukan tukang tikung , ia hanya selangkah lebih maju dari Bayu. Iya, hanya itu. Namun, rasa tidak enak tetap ada dalam dirinya.
"Udahlah, Bay! Kalo semisal mereka enggak jadian, emang Wulan mau sama lo?"
"Enggak mungkin!" sahut yang lain secara bersamaan, di sertai dengan tawa puasnya.
Damar tersenyum kecil mendengar pembelaan yang lain untuknya.
Bayu melirik Kean dengan sinisnya. "Sama kejemnya lo, Ke!"
Di sisi lain, Wulan masih terdiam tak berkutik, belum membuka suara. Ia hanya menggaruk lehernya saja dengan salah tingkah. Apa lagi tatkala ia menyadari tatapan menggoda dari sahabat-sahabatnya yang kini sudah berdiri di sisi kanan dan kirinya.
"Udah enggak jomblo lagi, Mbak?" tanya Uun sambil menyenggol-nyenggol bahu Wulan.
"Gue tau kok lo abis jilat ludah lo sendiri. Tapi, enggak usah malu-malu meong gitu kali, Lan," timpal Pipit dengan tatapan mengejeknya.
Ucapan Pipit sukses membuat Wulan mendengkus sebal, melirik sahabatnya itu dengan kesalnya. Astaga! Apa yang Pipit ucapkan memang tidak ada salahnya. Ia pernah bersumpah tidak akan jatuh pada pesona seorang Damar apalagi sampai menyukainya, tapi haruskah Pipit mengatakan itu dengan jelasnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
DamarWulan (Completed✔)
Teen FictionIni bukan kisah seorang kesatria dari Majapahit atau sejenisnya. Ini kisah absurd tentang dua anak manusia yang tidak pernah akur seperti kucing dan tikus, seperti Upin ipin dan Kak Ros yang selalu meributkan hal sepele, memiliki sifat keras kepala...