Hai! Hai! DamarWulan dateng lagi membawa keceriaan untuk kalian!Pencet bintang kecilnya⭐dulu sebelum baca! Yang banyak! 😄
Happy reading!
🍁🍁🍁
Waktu menunjukkan pukul sembilan malam ketika Damar menghentikan motornya di halaman rumah, setelah mereka puas menghabiskan waktu di pasar malam.
Seperti kemauan Wulan, mereka sebisa mungkin membuat kenangan menyenangkan sebanyak mungkin. Damar mengabulkan apa saja yang Wulan inginkan, termasuk masuk ke sebuah wahana rumah hantu yang berakhir dengan Wulan malah ketakutan sendiri. Well, untung buat dirinya memang, karena setiap Wulan ketakutan, Wulan pasti akan memeluknya begitu erat.
Wulan turun dari sepeda motor dengan sedikit kesusahan. Pasalnya ia sejak tadi ia membawa sebuah boneka cukup besar. Hadiah dari sebuah permainan lempar gelang.
"Langsung masuk, gih! Udah malem," ucap Damar ketika mereka sudah berdiri di depan rumah Wulan.
Wulan menganggukkan kepalanya. "Makasih. Aku bahagia banget malem ini, Damar," ujar Wulan dengan senyuman lebarnya.
Damar berjalan mendekat, menatap Wulan intens. "Sama-sama. Tapi, kamu perlu tau, aku lebih seneng berkali lipat dari yang kamu tahu. Untuk pertama kalinya, aku pergi ke pasar malem tanpa dibayangi sama masa lalu aku. Kamu udah buka mata aku bahwa sesuatu yang buruk tidak seharusnya diingat secara berlarut-larut. Ada saatnya mengenang yang lalu, ada saatnya membuat sebuah kenangan baru."
"Dan aku mau kamu hidup seperti itu, Damar," timpal Wulan dengan senyuman tulusnya.
Damar mengulurkan tangannya, mengusap rambut panjang Wulan yang sedikit berantakan. "Aku akan berusaha buat kamu."
Wulan menggelengkan kepalanya tidak setuju. "Bukan buat aku. Tapi buat bunda, buat orang-orang terdekat kamu, dan yang paling penting ..." Wulan menjeda ucapannya. Tangannya terulur dan menyentuh dada Damar. " ... buat diri kamu sendiri," sambungnya.
Jangan ditanya bagaimana perasaan Damar saat ini. Di satu sisi ia begitu tenang mendengar ucapan Wulan, tapi di sisi lain ia juga merasakan kerja jantungnya yang menggila merasakan tangan Wulan yang masih berlama-lama di dadanya.
Wulan yang baru tersadar pun segera menarik tangannya menjauh dengan sedikit salah tingkah. Wulan berdehem beberapa kali, mengedarkan tatapannya ke arah lain. Damar memperhatikan itu dengan senyuman gelinya.
"Y-ya udah. Aku masuk duluan," ucap Wulan dengan terbata-bata, memundurkan langkahnya hendak berbalik. Tapi cekalan tangan Damar menghentikannya. Damar menarik Wulan mendekat, sangat dekat. Beruntung boneka Teddy Bear yang ada di pelukan Wulan sedikit memberi jarak.
Hingga sesuatu yang lembut dan hangat menempel di pipinya, membuat Wulan terdiam membeku. Tanpa sadar ia menahan napasnya untuk sesaat, mencerna apa yang terjadi. Tubuhnya seperti tersengat aliran listrik, namun ada rasa lain yang membuat Wulan tak tahu harus berbuat apa.
Di sisi lain, Damar tak jauh berbeda. Ia pun masih terdiam setelah melakukannya. Ia menggaruk tengkuknya sendiri melihat Wulan yang masih terdiam dengan wajah terkejutnya.
"Ekheem! Enggak jadi masuk?"
Wulan baru tersadar dari lamunannya mendengar suara dari Damar. Dan saat itulah kekesalannya mendadak muncul, ia memukul Damar menggunakan bonekanya. Berani sekali Damar menciumnya tanpa izin.
"Dasar! Bikin kaget tau! Minta ijin kek! Jangan asal cium sembarangan!"
Damar mengambil langkah mundur, menghindar dari amukan Wulan. "Iya. Iya. Maaf. Abis kamunya gemesin!" celetuk Damar terkekeh kecil, tak merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DamarWulan (Completed✔)
Fiksi RemajaIni bukan kisah seorang kesatria dari Majapahit atau sejenisnya. Ini kisah absurd tentang dua anak manusia yang tidak pernah akur seperti kucing dan tikus, seperti Upin ipin dan Kak Ros yang selalu meributkan hal sepele, memiliki sifat keras kepala...