24. Terlambat

1.9K 174 58
                                    


Selamat malam! Damar Wulan datang buat kalian yang nunggu!

Kuy pencet ☆ kecilnya dulu sebelum baca, yang banyak ya! 😄

Semoga sukak!

Happy reading!

🍁🍁🍁🍁

"Damar! Jadi gimana? Gue boleh ikut enggak?"

Vanes yang sudah duduk di samping Damar merangkul lengan cowok itu, dan jangan lupa tatapan memohonnya guna meluluhkan Damar.

Sekali lagi Damar menoleh ke arah teman-temannya, dan lihatlah mereka masih saja menatapnya dengan tatapan mengancam, Bayu bahkan sudah menunjukkan kepalan tangannya. Ia lalu menoleh pada Kean yang duduk di meja depannya, sepupunya itu malah sok sibuk dengan ponselnya seolah tak menyadari sesuatu.

"Eemm... kalo lo mau ikut ya udah ikut aja," jawab Damar akhirnya yang membuat yang lain menganga tak percaya sekaligus kesal.

"Ih beneran?"

"Iya. Tapi gue enggak ikut. Lo kalo mau gabung sama mereka ya silakan."

Seketika saja senyuman Vanes luntur begitu saja. Ia kesal mendengar jawaban Damar. Niat hati ia ingin ikut ya karena Damar, tapi nyatanya cowok itu malah tak ikut serta. Jadi, buat apa ia ikut dengan para manusia aneh seperti Bayu dan kawan-kawannya.

"Ah ya udah gue enggak ikut, ogah gue kalo sama mereka doang!"

"Eh lo pikir kita mau ngajak cewek kegatelan kaya lo!?" sambar Pipit tak terima melihat ekspresi jijik yang ditunjukkan oleh Vanes, seolah mereka adalah hama yang perlu dijauhi.

"Apa lo bilang?!" Vanes menyalak tak terima. "Berani banget lo ngatain gue! Dasar cewek jadi-jadian!"

Wah! Pipit yang mendengar dirinya dihina pun tak terima. Cewek itu bangkit dari duduknya sambil berkacak pinggang.

"Emangnya kenapa kalo gue ngatain lo? Enggak terima? Mau bully gue juga kaya lo bully Wulan kemarin?"

Wulan yang mendengar itu pun langsung menatap Pipit tak percaya. Ternyata Pipit pun sudah tahu tentang hal itu.

"Lo—"

"Udah, Van! Mendingan gue anterin lo ke kelas sekarang juga."

Damar pun bangkit dari duduknya dan mendorong bahu Vanes dengan sedikit paksaan sebelum terjadi keributan. Ketika ia melewati teman-temannya, ia merasakan seseorang menahan lengannya yang membuatnya menghentikan langkah dan menoleh.

"Lo beneran enggak ikut?" tanya Bayu.

Damar menoleh sesaat ke arah Vanes yang mulai menjauh. "Ya ikutlah, kan gue yang bikin rencana," gumam Damar sambil terkekeh geli dan langsung berlalu dari sana.

Bayu pun sudah tertawa geli dibuatnya. "Dasar gila. Tumben banget si Damar enggak ada gairah gitu sama si cewek uler," celetuknya.

"Kenapa lo liatin gue kaya gitu? Lo kaget kalo gue tau kelakuan Vanes? Lo mah emang enggak pernah nganggep gue, Lan." tanya Pipit ketus yang menyadari tatapan Wulan tak pernah lepas darinya.

"Tau lo, Lan. Gue manja-manja gini juga bisa loh hajar si cewek kucing itu." Kali ini Uun lah yang menyahut dengan nada protesnya.

Wulan cemberut mendapat serangan dari sahabat-sahabatnya yang tidak terima. "Bukan gitu, Pit, Un. Gue enggak mau sampe kalian ribut sama Vanes gara-gara gue. Sorry," tutur Wulan dengan nada bersalahnya.

"Ya seenggaknya lo ngasih tau kita, biar kita bisa bantu," ujar Pipit lagi.

"Ya udah sih. Lagian udah ada gue yang bantuin Wulan, iya enggak, Lan?" seloroh Bayu dengan bangganya.

DamarWulan (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang