36. DamarWulan Promise

1.9K 162 47
                                    


Haii!! Saya datang lagi di malam minggu bawa DamarWulan buat kalian...

Seperti biasa kasih bintang ☆ nya sebelum baca!

Happy reading!

🍁🍁🍁

Entah sudah berada di level mana kekesalan Wulan karena ulah Damar saat ini. Setelah dengan seenaknya mengganggu kegiatan latihan basketnya dengan Davi, kini cowok itu malah masih terus saja mengikutinya. Padahal ia sengaja mengabaikan Damar dan semua ucapan Damar yang berisik menurutnya.

"Lan! Maafin gue!"

"Lan! Tungguin! Ada sesuatu yang mau gue jelasin sama lo. Gue udah salah paham sama lo. Dengerin gue dulu!"

Wulan mendengkus kesal dibuatnya.

"Berisik, Damar! Lo enggak malu diliat banyak orang!" serunya.

Masa bodo dengan penjelasan yang akan Damar jelaskan. Wulan sudah menebak akan apa yang Damar maksud, dan Wulan tidak mau membahas itu. Damar sendiri yang tidak ingin dirinya ikut campur dalam urusan Damar, dan ia sudah melakukannya. Meskipun jujur saja itu sulit. Dan sekarang? Dengan gampangnya Damar meminta maaf, setelah membuatnya bingung dengan sikap cowok itu yang tiba-tiba saja berubah tanpa ia tahu apa salahnya.

"Arrkkh! Lan, tungguin! Kaki gue udah sakit banget ini."

Mendengar itu membuat Wulan refleks menghentikan langkahnya. Ada sedikit rasa khawatir dalam dirinya, pasalnya bukannya ia tidak tahu bahwa sejak tadi langkah kaki Damar memang sedikit pincang. Wulan pun akhirnya berbalik dengan memasang wajah datarnya.

"Kaki lo kenapa?"

"Kaki gue sakit. Jatoh tadi. Terkilir deh kayanya."

Wulan memperhatikan raut wajah Damar yang kesakitan, tapi sesaat Wulan dapat melihat senyuman puas di raut wajah Damar, Wulan pun berasumsi bahwa Damar hanya ingin mengetes dirinya saja. Cih! Damar kira Wulan akan terpengaruh? Tidak.

"Oh!" Hanya itu respons yang dapat Wulan berikan. Damar kira ia tidak tahu akal bulusnya. Wulan pun lebih memilih untuk segera berbalik dan kembali meninggalkan Damar.

"Lan! Lo mau ke mana?"

"Kantin, haus!"

Wulan mencoba untuk tidak peduli. Seperti yang Damar bilang, ia tidak perlu lagi peduli dengan cowok itu. Biar saja!

Tapi nyatanya ... seiring langkahnya, perasaan Wulan semakin tak menentu saja. Sepertinya aksi tidak pedulinya pada Damar tidak berhasil, apa lagi tatkala ia tidak lagi mendengar suara Damar. Tidak mungkin 'kan Damar pingsan?

Memikirkan kemungkinan itu membuat Wulan menghentikan langkahnya lagi. Ia pun menoleh ke belakang, dan syukurlah Damar tidak pingsan seperti perkiraannya. Cowok itu terlihat tengah membuka sepatunya dan memijit kakinya. Sepertinya kaki Damar benar-benar kesakitan. Haruskan ia melakukan sesuatu?

Wulan menggelengkan kepalanya menolak. Sudahlah, yang perlu ia lakukan hanya segera pergi dari sini. Iya, hanya itu. Tapi ... baiklah! Wulan kalah! Nyatanya, Wulan tidak bisa membiarkan Damar sendirian dengan kaki seperti itu. Wulan segera berlari dari sana menuju ke tujuan semula. Ia harus melakukan sesuatu.

Dengan napas terengah-engah, di sinilah Wulan sampai. Kantin. Ia pun menghampiri Mbak Susan yang tengah kerepotan melayani para siswa lain.

"Mbak! Minta ... es batunya dong! Cepetan!" pinta Wulan terbata-bata.

"Loh, mbak Wulan. Ngos-ngosan gitu? Abis ngapain?" tanya mbak Susan heran.

"Abis lari! Cepetan, Mbak!"

DamarWulan (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang