Selamat malam minggu epribadi..
Ada yang nunggu?Ayo pencet 🌟sebelum baca..😉
Semoga suka sama part ini..😄
Happy reading!
🍁🍁🍁Wulan berjalan tertatih karena lututnya yang sedikit terluka akibat terjatuh beberapa saat yang lalu. Dirinya kini tengah berjalan di jalanan kompleks menuju rumahnya setelah ia pulang dari sekolah menggunakan angkutan umum, beruntung ia masih sedikit mengingat rute menuju rumahnya.
"ish! sial banget gue perasaan. Awas aja lo cowok kampret!" Wulan kembali merutuki Damar yang sudah membuatnya seperti ini. Sungguh, pertemuannya dengan Damar kali ini tidak pernah Wulan duga sebelumnya. Bagaimana mungkin dirinya harus kembali bertemu dengan Damar yang sudah membuat masa-masa SMP-nya penuh dengan kesialan.
Di tengah keterdiamannya, Wulan dikagetkan oleh suara deru motor yang melaju cepat di sampingnya. Beruntung ia berjalan cukup ke pinggir. Wulan menatap punggung cowok itu dengan perasaan kesal yang kembali datang. Dan Wulan menduga cowok itu sama dengan cowok yang Wulan lihat tadi pagi.
"Siapa sih cowok itu?" gumam Wulan yang penasaran.
Tidak lama kemudian Wulan pun sampai di depan gerbang rumahnya yang terbuka, terlihat bik Ros yang tengah menyapu halaman rumah sambil bernyanyi seperti biasa.
"Sore Bik!" sapa Wulan sambil mendudukkan dirinya di teras rumah sambil melepaskan sepatunya. Tatapannya lalu tertuju pada lututnya yang sedikit lecet dan meniupnya guna menghilangkan sedikit rasa perih.
"Sore Non! waduh! Itu kakinya kenapa kok bisa lecet begitu?" tanya Bik Ros sambil berjalan menghampiri Wulan lalu memeriksa luka tersebut.
"Enggak papa Bik, cuma kepleset aja tadi," jawab Wulan biasa saja.
"Mbok ya hati-hati kalo jalan, kaya anak kecil aja kepleset," omel Bik Ros yang merasa gemas. Namun tiba-tiba saja ekspresi Bik Ros berubah ketika muncul satu dugaan gila di otaknya.
"Non enggak bohongkan? Jangan-jangan Non kena bully gara-gara Non anak baru di sekolah? Iya kan? Siapa orangnya? biar Bibi kasih ulekan cabe kriting biar tau rasa!" Bik Ros menggulung lengan dasternya sampai ke siku seolah tengah menyiapkan diri melawan siapa gerangan yang berani melukai nonanya.
Di sisi lain wulan justru sudah memutar bola matanya jengah melihat reaksi bik Ros yang berpikiran aneh-aneh. "Dih! Apaan sih Bik! mikirnya aneh-aneh gitu, Wulan benaran jatuh tadi bukan kena bully."
Bik Ros mengerjapkan matanya. "Enggak bohong 'kan?"
"Enggaklah! Makanya jangan kebanyakan nonton sinetron alay Bik!"
"Eh, jangan salah Non. Bibi itu sekarang lagi suka sama drama Korea, artisnya cakep-cakep lumayan buat cuci mata." Bik Ros terkekeh kecil membayangkan wajah bening nan menggoda para aktor Korea yang ia tonton setiap malamnya. "ya udah, Bibi ambilkan plester dulu di dalam, ya."
"Sekalian minumnya Bik!" teriak Wulan dengan suara nyaringnya ketika melihat Bik Ros yang sudah melenggang masuk ke dalam rumah.
Dan sepertinya teriakan Wulan berhasil mengusik seorang cowok tetangga yang baru saja turun dari motornya. Cowok itu menoleh ke arah halaman rumah Wulan dengan dahi yang menyengit merasa terganggu. Sosok cowok itu sedikit berjalan mendekat ke pagar pembatas terbuat dari kayu yang memang tidak terlalu tinggi, dan matanya seketika terbelalak ketika ia melihat siapa si pemilik suara cempreng yang mengagetkannya. Kenapa cewek rese itu ada di sini?
"Woi! Ngapain lo di sini? Lo ngikutin gue?" seru cowok itu.
Wulan yang tengah membuka kaos kakinya pun menoleh mendengar suara menyebalkan yang terasa familiar di telinganya. Dan responnya sama dengan cowok tadi. Mata Wulan membulat seketika sambil bangkit dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DamarWulan (Completed✔)
Ficção AdolescenteIni bukan kisah seorang kesatria dari Majapahit atau sejenisnya. Ini kisah absurd tentang dua anak manusia yang tidak pernah akur seperti kucing dan tikus, seperti Upin ipin dan Kak Ros yang selalu meributkan hal sepele, memiliki sifat keras kepala...