Hai! Hai! DamarWulan datang membawa part terakhir yang bener-bener terakhir...😄Cus aja langsung baca! pencet bintang ☆ dulu ding! yang banyak! 😄
Happy Reading!
🍁🍁🍁
Jakarta, satu tahun kemudian ....
"Buset! Tegang amat tuh muka? Udah kayak kambing korban nunggu giliran lo!
Ejekan menyebalkan itu terdengar, disertai langkah kaki yang mendekat. Menghentikan langkah Damar yang tengah berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, dengan perasaan gelisah yang luar biasa. Damar menoleh, mendapati Bayu dan Kean yang baru saja masuk dengan pakaian yang sudah rapi. Terlihat senyuman mengejek di bibir keduanya.
Menghela napas sejenak, Damar memilih duduk di ranjangnya.
"Enggak usah ngejek lo pada!" ketusnya.
Terdengar tawa kecil dari Kean. "Please, Dam! Lo cuma mau nikah, bukan menghadapi vonis mati!"
Damar memicingkan matanya. "Lo enggak ngerasain ada di posisi gue sih, Bang!" kesalnya tak terima.
Mereka tidak tahu saja bagaimana sensasi menghadapi sebuah pernikahan yang terjadi hanya sekali seumur hidupnya. Awalnya Damar juga biasa saja. Toh, ia hanya mengucap ijab kabul di depan calon mertua dan yang lain, pikirnya. Tapi nyatanya, menjelang hari H dirinya justru dilanda kegelisahan. Gabungan antara antusias dan gugup luar biasa. Sejak kemarin dirinya bahkan tidak bisa tidur sama sekali.
Bayu berjalan mendekat, menepuk bahu Damar sekali. "Sans aja kali, Bro. Ijab kabul paling cuma bentar kok. Lo pikirin aja, abis ijab kabul Wulan udah resmi jadi milik lo. Terus lo pikirin dah tuh yang enak-enaknya aja. Misalnya waktu momen-momen bulan madu gitu?"
Damar mengernyit sesaat, lalu sedetik kemudian ia memutar bola matanya jengah begitu mengerti apa maksud Bayu. Apalagi ketika ia melihat tatapan mesum di mata sahabatnya itu.
"Udah ngeres aja ya pikiran lo?" desisnya yang membuat Bayu tertawa geli.
"Tau lo, Bay! Ngasih nasehat yang bener kek! Pernikahan itu bukan cuma perkara ijab kabul sama honey moon aja. Tapi, tanggung jawabnya sebagai suami juga harus terpenuhi. Percuma kalo hebat di ranjang tapi tanggung jawab dan kebutuhan lainnya enggak terpenuhi."
Damar meringis sendiri mendengarnya, memijat pangkal hidungnya yang tiba-tiba pening. Tidak ada yang salah memang, keduanya hanya bermaksud menghiburnya. Tapi, apa mereka harus membawa-bawa ranjang di obrolan mereka? Itu urusan pribadinya dengan Wulan, tidak seharusnya mereka mengungkitnya. Hal itu berhasil membuatnya sedikit malu, udara di sekitarnya berubah menjadi panas entah karena apa.
Di sisi lain, Kean dan Bayu sudah saling melempar senyum gelinya, melihat Damar yang salah tingkah.
"Udah! Bismillah aja. Lo siap-siap, kita tunggu di bawah. Tante Kirana, dan yang lainnya udah otw duluan ke masjid. Tugas kita buat bawa lo ke sana," Ujar Kean menepuk-nepuk bahu Damar menyemangati.
"Ya elah! jangan pasang muka ngenes kaya gitu, empet gue liatnya! Inget kata-kata gue, Dam! Bayangin enaknya waktu honey moon!"
Buk!
Satu lemparan bantal tepat mengenai tubuh Bayu yang sudah tergelak, dan melangkah pergi dari sana. Damar mengumpat dalam hati, sambil menghembuskan napasnya berulang kali, mencoba menenangkan diri. Jika dirinya terus seperti ini, bisa-bisa semuanya gagal total acara pernikahannya hari ini.
Damar bangkit dari duduknya, memakai jas hitamnya sambil berkaca. Rambutnya sudah tertata rapi oleh seorang perias yang beberapa saat lalu sudah pergi. Tatapan Damar lalu terhenti pada sebuah bingkai foto di nakas. Ia mengambilnya, mengusap foto itu lembut. Foto dirinya dengan seorang gadis yang memakai pakaian wisuda. Foto yang diambil saat dirinya melamar gadis itu satu tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DamarWulan (Completed✔)
Fiksi RemajaIni bukan kisah seorang kesatria dari Majapahit atau sejenisnya. Ini kisah absurd tentang dua anak manusia yang tidak pernah akur seperti kucing dan tikus, seperti Upin ipin dan Kak Ros yang selalu meributkan hal sepele, memiliki sifat keras kepala...