6. Sambel

2.1K 201 36
                                    

Damar Wulan datang membawa kerusuhan..
Pencet 🌟nya dulu sebelum baca..
Semoga sukak..😄

Happy reading..

🍁🍁🍁🍁🍁

Damar turun dari lantai dua ketika waktunya makan malam. Ia bisa melihat Bude dan Kean yang sudah duduk di meja makan. Dan juga ada seorang pria paruh baya dengan perawakan tinggi dan wajah yang tegas tengah duduk dengan secangkir kopi di tangannya, melihat pria itu membuat Damar tersenyum sumringah.

"Pakde!" panggilnya sambil berjalan terburu-buru menuruni anak tangga.

Seseorang yang Damar panggil pakde itu pun menoleh dan tersenyum hangat.

"Pakde kapan pulang?" tanya Damar ketika ia sudah berdiri di samping pakdenya dan menyalami tangan pakde dengan santun. Pasalnya setahu Damar pakdenya ini masih ada di Yogyakarta untuk mengurus usaha mebel dan furnitur milik pakdenya.

"Pakde pulang tadi siang," jawab pakde Trisno singkat.

"jadi? Beliin pesanan Damar?" tanya Damar antusias sambil duduk di kursi sebelah Kean.

Pakde mengangguk mengerti apa yang dimaksud oleh Damar. "jadi, masih ada di kamar Pakde. Kamu tau, miniatur yang Pakde beli itu keluaran terbaru dari bahan kayu yang paling bagus, pengrajinnya juga langganan pakde waktu di Jogja. Jadi enggak ada kata gratis buat pesanan kamu ini," ujar Pakde yang membuat Damar mendengus sebal.

"Ya elah Pakde, sama keponakan perhitungan banget," kesal Damar.

"Jangankan lo Dam, sama gue anaknya aja masih itung-itungan," celetuk Keanu yang langsung mendapatkan pelototan gratis dari ayahnya.

"Kalian ini! Kalian kan ngomongnya pesen berarti kalian ada niat bayar. Beda kalo kalian bilangnya minta baru Ayah kasih secara cuma-cuma, jadi itu salah kalian. Bener toh?"

Damar dan Keanu tercengang, mereka kehilangan kata-katanya mendengar alibi dari Pakde Trisno yang sedikit masuk akal itu. Dan mereka pun sepakat mulai sekarang harus pakai kata minta jangan pesen. Terima kasih untuk Pakde dan segala ilmunya.

"Sungguh mulia hatimu, Pakde," ujar Damar dramatis yang membuat Pakde Trisno terkekeh geli. Well, Pakde Trisno memang memiliki sifat yang unik.

Di sisi lain, bude Yeni yang sedang menyiapkan makanan sudah terkekeh geli melihat dua remaja itu kehilangan kata-katanya. Suaminya ini memang terkesan perhitungan, terutama pada Keanu dan Damar. Bukan bermaksud buruk memang, karena suaminya ini hanya tidak mau Damar dan Keanu menghambur-hamburkan uang, apa lagi di usia remaja seperti ini.

"Udah, ngobrolnya entar aja. Sekarang waktunya makan. Damar! Kean! Taruh dulu Hp kalian!" titah Bude Yeni seperti biasa melarang semuanya berhenti memegang ponsel di saat sedang makan atau berkumpul seperti ini. Bude Yeni lalu mendengus kesal melihat sang suami yang masih memainkan ponselnya. "Bapak juga!" tegurnya.

"Iya-iya, jangan galak-galak kenapa Bu." Pakde Trisno langsung menyimpan ponselnya di saku celananya ketika ia melihat Bude Yeni yang sudah berkacak pinggang.

🍁

Damar kembali ke kamarnya setelah makan malam usai, dan sempat mengobrol tentang miniatur yang menjadi pesanannya. Damar memang memiliki hobi mengoleksi miniatur motor gede antik yang terbuat dari kayu. Dan karena di Jakarta sangat jarang penjual barang antik seperti itu jadilah Damar yang sering meminta oleh-oleh dari Pakdenya yang sering bolak-balik Jogja-Jakarta.

"Damar!"

Damar yang baru saja hendak membuka pintu kamarnya terhenti mendengar suara lembut dari Budenya.

DamarWulan (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang