Hai! Hai!
DamarWulan dateng lagi menyapa kalian!
Maaf agak terlambat! Agak susah ngebangun kemistri mereka setelah pisah lama! #ngeles 😆😆Tapi sebagai gantinya, aku kasih ending part ini panjaaaang! Semoga kalian puas!
Cus langsung aja baca!
Kasih bintang kecilnya ☆ sebelum baca! Yang banyak ya! 😄
Happy reading!
🍁🍁🍁
Damar tersadar dari lamunannya ketika ia melihat sosok Wulan yang masih ia anggap halusinasi itu sudah berjalan ke arahnya.
Namun, ada hal yang menarik perhatian Damar. Ada yang berbeda dengan gadis itu. Jika Damar lihat, cara berjalan Wulan agak sedikit terseret, tidak seperti biasanya. Wulan terlihat kesusahan dalam berjalan. Damar memperhatikan itu dalam diam. Dalam hati ia bertanya, mungkinkah itu efek dari kecelakaan satu tahun lalu?
Seketika saja Damar mulai merasa tak nyaman, perasaan bersalah itu datang kembali. Damar kembali teringat akan kesalahannya dulu hingga membuat gadis itu akhirnya celaka. Dan ucapan om Tio waktu itu yang mengatakan bahwa Wulan dinyatakan lumpuh oleh dokter, membuat dada Damar menyesak seketika.
"Woi! Malah ngelamun!"
Damar mengerjapkan matanya. Mendongak, dan menatap Wulan. Mulutnya terasa kelu untuk mengatakan sesuatu. Padahal, banyak sekali pertanyaan yang ingin Damar tanyakan. Seperti bagaimana kabar kamu? Bagaimana keadaan kamu? Apa kamu bahagia? Apa yang kamu lakukan di sini? Di mana kamu selama ini? Dan masih banyak lagi. Tapi, tak ada satu pun yang dapat Damar tanyakan. Dirinya masih terlalu terkejut akan kehadiran Wulan yang tiba-tiba. Ia bahkan masih tidak yakin Wulan yang ada di hadapannya ini nyata, atau hanya halusinasinya.
"Mau enggak jadi tukang foto aku selama di sini?"
Damar masih belum membuka suara. Terdengar decakan kesal dari Wulan.
"Kalo enggak mau ya udah! Aku cari tukang foto yang lain, yang lebih ganteng dari kamu. Dasar! Tukang foto abal-abal aja belagu!"
Terdengar gerutuan dari gadis itu, yang membuat Damar tersadar akan sesuatu. Tidak, ia tidak sedang berhalusinasi. Wulan memang nyata, senyata ucapan dan nada songong dari gadis itu yang sangat Damar hafal. Ia lalu mendengkus, memicingkan matanya kesal.
"Kamu bilang apa? Tukang poto abal-abal? Seenggaknya tukang foto yang kamu bilang abal-abal ini pernah menang juara tiga lomba fotografer antar pelajar. Terus apa tadi? Mau cari yang lebih ganteng? Coba aja cari kalau ada tukang poto ganteng kaya aku. Enggak, enggak ada! Dan please! Aku bukan tukang poto!" Damar menjawab dengan nada songong yang sama. Harga dirinya merasa tersentil. Apa ini sapaan Wulan terhadapnya setelah lama tak bertemu?
Lalu entah datang dari mana, aura canggung mulai melingkupi ketika mata mereka saling bertemu, saling menatap satu sama lain dari jarak dekat. Keduanya hanya terdiam sesaat, seolah tengah memuaskan diri mereka sendiri. Hingga satu detik kemudian, keduanya tiba-tiba saja terkekeh, saling mengalihkan pandangannya, salah tingkah.
Damar menggaruk tengkuknya sendiri, merasa aneh dengan tingkahnya. Damar berdehem, guna mencairkan suasana.
"Nyebelin banget sih! Baru ketemu langsung bikin orang kesel!" gerutunya.
Wulan terkekeh geli. "Ya gimana dong! Udah lama aku enggak bikin kesel cowok songong kaya kamu. Kaya dulu."
Lagi, suasana menjengkelkan itu datang lagi ketika Wulan mulai mengungkit yang dulu-dulu. Hanya sesaat, karena Wulan sudah mencairkan suasana terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DamarWulan (Completed✔)
Novela JuvenilIni bukan kisah seorang kesatria dari Majapahit atau sejenisnya. Ini kisah absurd tentang dua anak manusia yang tidak pernah akur seperti kucing dan tikus, seperti Upin ipin dan Kak Ros yang selalu meributkan hal sepele, memiliki sifat keras kepala...