51. Pelukan Mama

1.8K 158 41
                                    

Hai! Hai! DamarWulan dateng lagi membawa kebaperan tiada tara! 😄

Cus! Pencet bintang kecilnya ⭐sebelum baca. Yang banyak!

Happy reading!

🍁🍁🍁

Damar tidak tahu dirinya ada di mana. Tapi yang pasti, dirinya kini tengah ada di tengah jalan yang cukup ramai. Damar mengedarkan pandangannya dengan bingung. Damar mencoba berjalan menepi, namun suara klakson yang mungkin saja terganggu dengan keberadaannya menghentikan langkahnya. Hingga tiba-tiba saja terdengar benturan yang cukup keras mengalihkan perhatiannya.

Tidak jauh darinya, terlihat sebuah mobil sudah dalam keadaan mengenaskan. Merasa penasaran, Damar perlahan mendekat. Tidak ada siapa pun di sana, bahkan para pengendara lain seolah tak peduli. Damar sedikit membungkuk untuk melihat siapa gerangan yang menjadi korban di dalam mobil.

Seketika itu tubuh Damar membeku melihat sosok pria dengan tubuh yang berlumuran darah tak sadarkan diri, tatapannya lalu ter alihkan pada sosok gadis mungil dengan keadaan jauh tak berbeda. Lalu suara tangis dari seorang bocah laki-laki mengalihkan perhatian Damar.

"Papa bangun! Adek!"

Tubuh Damar gemetar hebat, ketika ia mulai mengenali siapa mereka. Papa, adiknya, dan dirinya sendiri. Damar seperti dipertontonkan dengan apa yang terjadi tujuh tahun yang lalu.

"Papa ...."

Perlahan, Damar mengambil langkah mundur dengan takutnya. Sebenarnya apa yang terjadi?

Belum juga Damar tersadar dari kebingungannya, kembali terdengar benturan keras. Damar menoleh, melihat seseorang yang terlempar, lalu terjatuh dengan kerasnya. Mata Damar terbelalak, lalu berlari mendekati sosok itu. Dan lagi-lagi Damar harus kembali dibuat shok dengan apa yang ada di hadapannya.

Tubuhnya luruh, terduduk di samping sosok yang penuh dengan darah itu. Pandangannya mengabur. Napasnya tersengal menahan tangis dan takut.

"W-wulan ..." Air mata mulai menetes di pipi Damar.

Damar kembali menoleh pada mobil sang papa yang sudah terbakar, dan kembali menatap tubuh Wulan kekasihnya yang terkapar di hadapannya. Darah ada di mana-mana. Bahkan di kedua tangannya.

"Ini semua salah kamu!"

Terdengar gumaman dari seseorang. Ah tidak ... lebih dari seorang. Damar mendongak, menemukan sudah ada sang bunda, Kean, bude Yeni, dan bahkan teman-temannya semuanya sudah ada di sekelilingnya. Mereka semua tengah menatapnya dengan tatapan menghakimi, seolah tengah menyalahkannya atas semua yang terjadi.

Damar menggeleng, ingin menyangkal. Tapi tak ada suara sedikit pun yang mampu keluar dari mulutnya. Namun, dalam hati, Damar membenarkan. Benar, semuanya terjadi karena salahnya. Semua karena kesalahannya.

Damar meremas rambutnya sendiri. Ia menggelengkan kepalanya berkali-kali dengan kalut. Damar tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya air mata yang perlahan menetes. Ketakutan begitu menguasainya.

Jika ini mimpi buruk, Damar berharap siapa pun agar segera membangunkannya saat ini juga.

🍁

"Damar! Bangun, Nak! Astaghfirullah! Kamu kenapa!"

Bude Yeni begitu khawatir. Melihat Damar yang tengah tertidur terlihat begitu gelisah. Tubuh Damar tegang dengan kedua tangan yang terkepal. Napasnya tak beraturan, dan berkeringat dingin.

Niat hati dirinya ingin membangunkan Damar di pagi hari, tapi ia malah menemukan Damar dalam keadaan seperti ini.

"Ke! Kean! Sini! Bantuin bunda!" teriak bude Yeni meminta bantuan.

DamarWulan (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang