30. Hari kejuaraan

1.7K 144 36
                                    


Hai! Hai!

DamarWulan dateng lagi membawa kebaperan  yang tiada tara setelah semedi selama dua minggu...😂

Sebelumnya saya mau minta maaf sedalam-dalamnya atas keterlambatannya. Maafin ya... *sambil sungkem satu-satu* 🙏🙏

Ya udah enggak usah banyak cingcong lagi. Cus langsung baca aja.

Pencet 🌟nya sebelum baca, yang banyak! 😄

Happy reading!

🍁🍁🍁

Wulan berjalan terburu-buru sambil sesekali mengedarkan pandangannya ke sekitar. Setelah memastikan bunda dalam keadaan terlelap karena pengaruh obat penenang, Wulan langsung keluar dari ruangan bunda untuk mencari Damar yang tak kunjung kembali. Jujur saja Wulan merasa khawatir.

Gadis itu baru bisa menghentikan napas dan menghela napasnya lega ketika ia melihat keberadaan Damar yang tengah duduk di salah satu bangku taman rumah sakit. Damar tidak sendirian, ada seseorang di samping cowok itu, Gio. Dan ada satu hal yang membuat Wulan lega. Terlihat Damar yang sekarang tengah tersenyum dengan lebarnya, cowok itu terlihat tengah bercanda dengan Gio. Entah apa yang mereka bicarakan.

Tanpa buang waktu Wulan pun kembali berjalan mendekati cowok itu. "Di cariin juga! Lo malah enak-enak di sini!" ucap Wulan dengan nada kesalnya.

Damar yang mendengar itu pun menoleh dan menemukan wajah Wulan yang sudah tertekuk karena kesal yang membuatnya terkekeh geli.

"Sini!" Damar menepuk kursi di sisinya yang sudah kosong karena Gio yang langsung kabur melihat kedatangan Wulan.

"Kok! Gio malah pergi sih?" tanya Wulan heran sambil mendudukkan dirinya di samping Damar, sedangkan tatapannya tertuju pada punggung Gio yang sudah menjauh dengan terburu-buru.

"Dia malu liat lo dateng," ujar Damar sambil terkekeh geli.

Wulan hanya ber'oh saja menanggapi itu. Tatapan Wulan lalu beralih menatap wajah Damar yang masih tersenyum di sana. Ternyata Damar sama sepertinya, sangat pandai menyembunyikan perasaannya sendiri. Lihatlah, bahkan di saat Damar tengah tertawa seperti ini Wulan masih bisa melihat mata Damar yang masih berkaca-kaca dari posisinya saat ini.

Merasa diperhatikan, Damar menoleh dan tatapan mereka pun bertemu membuat senyuman Damar perlahan surut dari bibirnya. Melihat tatapan Wulan yang berbeda membuat Damar cukup tertegun. Wulan menatapnya dengan tatapan ... kasihan? Dan Damar tak menyukai itu.

"Gue enggak suka cara lo liatin gue gitu, Lan," gumam Damar dengan nada datarnya, dan itu membuat Wulan tersadar dari keterpakuannya.

Wulan mengerjapkan matanya, sebelum akhirnya ia lebih memilih membuang tatapannya ke arah lain sedikit tidak enak. "Sorry ...," gumam Wulan lirih.

Damar tersenyum melihatnya. Ia menghela napasnya sambil menyenderkan tubuhnya di kursi. Ia tahu kenapa Wulan bersikap seperti ini.

"Bunda gue galak 'kan?"

"Heum?" Wulan menoleh mendengar pertanyaan Damar yang terdengar lirih itu, dan kembali tertegun ketika ia melihat raut wajah sendu Damar lagi.

"Kata siapa bunda galak. Bunda baik kok sama gue," jawab Wulan sedikit tak terima. Ia mencoba mencairkan suasana yang sedikit canggung menurutnya, dan benar saja, Damar tertawa karena hal itu.

"Itu karena lo Wulan. Kalo nama lo bukan Wulan, gue yakin bunda enggak akan langsung baik sama lo."

Dahi Wulan mengernyit kurang paham. "Maksudnya?"

DamarWulan (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang