Selamat malam! Damar dan Wulan datang lagi!
Cus langsung baca aja!
Kasih 🌟kecilnya dulu ya! 😄
Happy reading!
🍁🍁🍁
Damar menghentikan laju motornya di sebuah pinggir jalan yang lumayan ramai. Ada banyak pedagang gerobak yang bersisian menjajakan dagangannya. Dari mulai kang ketoprak, kang nasi goreng, kang sate, dan jangan lupa kang yang paling famous di antara semuanya, kang Bakso dan mie ayam yang hampir di setiap tikungan ada pun sudah stand by di sana.
"Kok berhenti?" tanya Wulan dengan suara seraknya bekas tangisannya tadi.
"Gue laper, pengen makan dulu. Lo laper enggak?" tanya Damar yang sudah merapikan rambutnya yang berantakan.
Untuk sesaat Wulan terdiam sambil memperhatikan ke sekitarnya. Sebenarnya ia tidak ada nafsu untuk makan, tapi melihat begitu banyak makanan di hadapannya membuat rasa lapar muncul begitu saja. Sepertinya menangis banyak mengeluarkan energinya.
Wulan pun menganggukkan kepalanya dengan semangat. "Iya. Gue juga laper," ucapnya sambil menunjukkan senyuman lebarnya yang sudah kembali, mau tidak mau Damar pun terkekeh geli melihatnya.
Beberapa saat kemudian ....
Damar menatap gadis yang ada di hadapannya dengan tatapan melongo, bahkan ia sedikit melupakan seporsi nasi goreng yang sudah ia pesan di mejanya.
"Lo beneran laper banget, Lan?" tanyanya.
Bukan tanpa alasan Damar menanyakan itu, pasalnya saat ini apa yang ia lihat adalah Wulan yang terlihat begitu kalap dengan makanannya. Bukan satu atau dua porsi, bukan juga dari jenis satu makanan tapi lebih. Wulan memesan beberapa porsi makanan sekaligus di hadapannya, dan cewek itu kini tengah makan dengan enaknya. Damar kira Wulan mondar-mandir dari satu gerobak ke gerobak lain karena cewek itu tengah kebingungan dengan makan yang akan gadis itu pilih, tapi ternyata justru Wulan memesan itu semua.
Wulan mendongak masih dengan mulut yang penuh makanan. Ia pun menganggukkan kepalanya sambil menunjukkan senyumannya.
Damar diam memperhatikan wajah Wulan. Ah ... rupanya gadis itu masih terlihat sedih terlihat dari tatapan matanya. Kata orang, seorang cewek akan melampiaskan kekesalannya dengan makan, apa Wulan juga melakukan itu saat ini?
Tidak bisa membiarkan itu, tangan Damar pun menahan tangan Wulan yang hendak menyuapkan sesendok makanan lagi.
"Stop! Lo frustrasi boleh, tapi jangan sampe lo merugikan diri lo sendiri. Itu makanan pedes semua, Lan! Kalo lo sakit perut gimana?"
Wulan terdiam melihat Damar yang sudah memasang wajah kesalnya. Ia pun melepaskan tangannya dari cekalan Damar sambil menghembuskan napasnya tak kalah kesalnya.
"Bodo amat gue sakit juga. Toh enggak ada lagi yang peduli sama gue!" jawab Wulan acuh hendak kembali melanjutkan makannya.
Damar mendengar suara Wulan yang bergetar, ia kembali menahan tangan Wulan.
"Justru karena enggak ada lagi yang peduli sama lo makanya lo berhenti sekarang! Seenggaknya lo peduli sama diri lo sendiri. Kalo lo sampe sakit siapa yang bakal jagain lo? Lo mau ngandelin bik Ros? Enggak mungkin seumur hidupnya bik Ros bisa jagain lo karena dia juga akan punya keluarga sendiri nantinya. Maka dari itu lo harus belajar menjaga diri sendiri," tutur Damar dengan nada tegasnya.
Wulan merasa tertampar mendengar ucapan Damar. Damar benar, jika bukan ia yang memedulikan dirinya sendiri, lalu siapa? Wulan tidak punya siapa-siapa. Tapi, apa salah ia berharap akan kepedulian orang tuanya sedikit saja. Lalu, Wulan pun sadar itu tidak akan terjadi. Bahkan dulu ketika dirinya masih kecil, ia hanya ingin sang mama menemaninya bermain boneka saja sang mama tak pernah menggubrisnya. Padahal saat itu dirinya masih kecil, masih butuh sebuah perhatian lebih. Saat ini dirinya sudah remaja, mereka pasti menganggap bahwa dirinya tak lagi membutuhkan sebuah perhatian, hingga sikap mereka pun semakin hari semakin menjadi. Memikirkan itu membuat pertahanan Wulan hancur. Perlahan air matanya kembali menetes. Ia menunduk sambil menutupi wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DamarWulan (Completed✔)
Teen FictionIni bukan kisah seorang kesatria dari Majapahit atau sejenisnya. Ini kisah absurd tentang dua anak manusia yang tidak pernah akur seperti kucing dan tikus, seperti Upin ipin dan Kak Ros yang selalu meributkan hal sepele, memiliki sifat keras kepala...