Extra Part 5 - My Prince Charming?

1.7K 116 26
                                    


Hai Hai! DamarWulan datang lagi membawa kebaperan buat kalian! 😄

Masih pada nunggu kan?
Cus! langsung baca aja!

Pencet bintang ☆ votenya dulu biar afdol!

Happy reading!

🍁🍁🍁

Seperti yang Damar duga, kedatangannya ke rumah Wulan akan menjadi ujian tersendiri untuknya. Berawal dari Om Tio dan sikap antipatinya. Lalu, eyang Laksmi dengan sikap dingin dan tegasnya, kemudian tante Ratna. Well, tante Ratna sedikit lebih baik, meskipun tidak banyak bicara, tapi masih menunjukkan sikap hangat padanya.

Sepiring nasi lengkap dengan lauknya sudah ada di hadapan Damar saat ini. Mengingat sudah waktunya jam makan siang. Di meja yang sama juga sudah ada Eyang Laksmi di ujung meja, om Tio dan tante Ratna berada di seberang meja depannya. Sedangkan di sampingnya ada Wulan yang sejak tadi usil menambahkan beberapa lauk di piringnya. Makanan yang lumayan menggugah selera, tapi apa yang mereka bicarakan mampu menghilangkan nafsu makannya. Bukan, bukan membicarakan hal menjijikkan, hanya saja Damar benar-benar tidak nyaman mendengarnya.

"Rafa juga udah daftar di universitas di New York. Di Harvard jurusan kedokteran, tempat orang tuanya menempuh pendidikan dulu, dan udah diterima di sana."

Rafa, entah siapa si Rafa-Rafa itu. Tapi yang pasti, sejak tadi eyang Laksmi tak henti-hentinya membicarakannya. Memujinya setinggi langit. Entah apa maksudnya. Tapi yang pasti, Damar tahu ada maksud tertentu kenapa eyang Laksmi terus membicarakannya dengan semangatnya. Hardvard? Cih! Kalau Damar mau, ia juga pasti akan langsung diterima di universitas itu dengan mudah.

"Wulan udah tahu, Eyang. Udah sih, enggak usah ngomongin si cowok tengil itu!"

Terdengar tanggapan Wulan, yang membuat Damar menoleh. Sudah pasti Wulan turut mengenal si Rafa. Sepertinya mengenal dengan baik.

"Hus! Kamu lupa? Si cowok yang kamu bilang tengil itu udah banyak bantu kamu waktu di Singapura? Rafa itu yang udah bantu kamu di masa-masa sulit kamu. Dia itu udah temenin kamu, bantu kamu bangkit lagi di saat kamu terpuruk. Kalo enggak ada Rafa, kamu pasti kesepian di sana. Kamu inget? Siapa yang ada di samping kamu waktu kamu akhirnya bisa melangkah untuk pertama kalinya setelah terapi berbulan-bulan? Kalo bukan Rafa siapa?" Eyang Laksmi kembali melancarkan pujiannya pada sosok Rafa.

"Betul itu, Lan. Rafa itu anaknya pinter, baik, ceria, selalu bawa energi positif buat orang-orang di sekitarnya. Harusnya kamu sering hubungin dia, tanyain kabar dia, jangan sampe putus komunikasi. Apalagi papa tau kalo Rafa sebenarnya punya perasaan buat kamu. Akan lebih baik kamu terus menjalin hubungan baik sebagai rasa terima kasih." Tio turut menyambung, seolah membenarkan semua ucapan eyang Laksmi.

"Rafa itu paket komplit. Cucu mantu kaya gitu yang eyang mau."

Ukhuk!

Ukhuk!

"Eyang ..."

Wulan mengerang kesal, menatap eyang Laksmi dan sang papa dengan perasaan dongkolnya. Apa lagi ketika ia sudah melihat Damar yang sudah terbatuk-batuk di sampingnya. Wulan tahu, Damar sejak tadi tidak nyaman mendengar segala celotehan eyang Laksmi, yang jujur saja turut membuat Wulan tidak enak. Bisa-bisanya mereka membicarakan cowok lain di hadapan Damar yang notabenenya adalah kekasihnya.

"Kamu enggak apa-apa?" tanya Wulan setelah Damar meneguk air putihnya.

Damar tersenyum kecil, dan mengangguk. "Enggak apa-apa!"

Bohong! Damar berbohong. Nyatanya ada rasa ... entahlah.

Cemburu?

Rasa bersalah?

DamarWulan (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang