"Dalam tiap tetesan air hujan yang turun ke bumi, aku selalu mengharapkan agar kamu tetap menjadi pelangi terindah untukku"
-Albyanor Daniswara-
***
Cuaca malam ini tak besahabat. Niatnya, Byan akan mengisi waktu senggang dengan melihat bintang di langit gelap dengan teropong kesayangannya. Namun, rintik air hujan turun lebih dulu datang sebelum sang senja tenggelam.
"Kak Byan" panggilan kecil itu sukses membuat Byan berhenti dari aktivitas meneliti teropong nya,
Ceklek!pintu bercat coklat itu kini terbuka lebar. Gadis cantik dengan rambut panjang sepinggang itu masuk tanpa ijin. Mata nya berbinar saat sang kakak akan melakukan peneropongan lagi malam ini.
"Kakak mau liat bintang yah? Aku juga mau liat lagi, dong" pintanya merengek. "Di luar hujan. Jadi gak bisa liat"
"Ah! Masa gara-gara hujan gak jadi liat sih?" rajuknya sambil berjalan ke arah balkon kamar sang kakak. Memastikan apakah benar hujan atau tidak.
"Gimana?"
"Ujan"
Byan segera menutup pintu balkon. Menutup gorden coklat muda dan menarik kursi ke hadapan lensa teropong. "Kenapa kakak suka banget sama teropong?" pertanyaan dari gadis 8 tahun itu berhasil membuat Byan terdiam sebentar, "teropong itu kaya alat pengukur masa depan. Dengan teropong ini kita bisa liat, sejauh mana kita hidup dan bermanfaat bagi orang lain"
Arleysia hanya manggut-manggut dengan penjelasan sang kakak.
Hujan di luar semakin deras, hawa dingin pun kini melingkupi kamar Byan. Daripada dirinya menunggu hujan reda, lebih baik ia belajar, mengerjakan tugas sekolah. Arleysia masih saja sibuk melihat bagaimana teropong ini di buat. Dalam buku panduan yang kini ada ditangan nya, dia sesekali mencocokan apa yang ada di buku dan di tulisan yang tertera pada teropong
Saat sedang asik mengerjakan soal, benda pipih yang selalu Byan bawa kini bergetar. Entah siapa yang mengganggu nya sekarang, Byan juga tidak tahu. Handphone nya ia letakkan di nakas dekat tempat tidur, sedangkan sekarang dirinya ada di meja belajar, "kak hp nya bunyi"
"Biarin"
"Barangkali penting" Byan akhirnya membalikkan badan menghadap adik kesayangannya
"Minta tolong ambilin, boleh?" Arleysia meletakkan buku dalam pangkuannya dan beralih mengambil Handphone,
"Kak Celine" jawabnya saat melihat tatapan Byan penuh tanya, Byan segera beranjak dan mengambil nya.
"Halo, By" suara di sebrang terdengar lemas tak bertenaga
"Iya, Halo Cel. Kenapa?" ada sedikit raut khawatir yang kini nampak dari nada bicara Byan
"Bisa jemput gue nggak, By? Anterin pulang"
"Dimana? Emang lo belum pulang?"
"Di halte sekolah. Kalau udah pulang gue nggak minta tolong lo, Albyan!" di sini Byan terkekeh gemas dengan nada kesal penekanan yang Celine ucapkan
KAMU SEDANG MEMBACA
[DCRe-2] Senja Kelabu
Teen Fiction[Season 2 SELESAI] Konten Remaja Islami ❤😊 Kisah cinta segitiga yang terjadi diantara persahabatan mereka, membuat semua apa yang sudah terjalin menjadi kacau berantakan. Syabilla, gadis berusia 16 tahun ini memulai persahabatan nya bersama Celine...