23. Keterpaksaan

664 36 0
                                    

"Maaf, bukan maksud ku mempermainkan mu. Tapi, keadaan yang memaksa ku harus melepasmu"

***

"Nggak ada cara lain. Mau tidak mau, Devan harus menikah dengan Chaca!" tegas Ety dengan suara yang menggebu-gebu.

Artha dan Mayang hanya mampu diam. Ia tak berani membantah perkataan Ety sedikit pun. "Tapi, Bu. Tiga minggu lagi Devan akan menikah dengan Syabil, Masa ibu mau membatalkan secara sepihak? Bagaimana dengan nama baik keluarga kita, Bu?" sanggah Artha dengan nada pelan.

"Nama baik keluarga? Terus kalau kita jatuh miskin karena perusahaan bangkrut apa itu juga bukan salah satu faktor perusak nama baik keluarga? Iya?!"

Arthara diam. Ia bingung sekarang. Di sini ada masa depan ibu dan anak nya yang harus di pertaruhkan.

"Lusa, Ibu akan datangi kantor Bapak Darmawan untuk menyetujui kerjasama perusahaan dan menyetujui perjodohan Devan dengan Chaca" putus Ety kemudian berlalu pergi dari hadapan anak dan menantunya.

Mayang menangis. Ia tak tahan dengan segala kepelikan rumah tangga nya sekarang. Sejak dulu, sejak awal pernikahan, Ety selalu ikut campur dalam urusan keluarganya. Dari mulai jadwal rumah, kedisiplinan jam, tata cara melayani Artha, mendidik Devan, dan sekarang? Jodoh Devan pun harus Ety atur?

Arthara mendekat. Mendekap erat Mayang dalam hangat nya pelukan, "hust! Jangan menangis. Sudahlah. Kita pasti punya jalan keluar yang lebih baik" Usapan demi usapan hanya mampu menenangkan sementara bagi Mayang.

"Devan anak ku. Anak kita. Nggak seharusnya ibu memaksakan kehendak demi royalitas hidup nya. Aku juga membebaskan Devan untuk menikah dengan siapapun. Tapi, kalau cara nya begini, kita sama-sama menyakiti banyak orang sekaligus, Pa"

Artha memejamkan mata, memfokuskan diri dengan segala ucapan Mayang. Istrinya diam selama ini bukan karena ia patuh. Tapi karena ia menimang bagimana sikap ibu nya selama ini. Artha pun sama. Sudah beberapa kali Artha menegur dan memberikan nasihat dengan baik-baik pada Ibu nya. Namun, nihil. Sikap Ety yang keras kepala tak pernah bisa Artha runtuhkan.

Dari dulu, Ety tidak pernah menyetujui Artha menikah dengan Mayang karena dia berasal dari keluarga yang tidak sederajat. Namun karena permintaan terakhir sang Ayah, mau tidak mau Ety menuruti keinginan suami tercinta nya dan menyetujui pernikahan mereka.

Kring kring kring!!!

Suara telfon rumah jaman dahulu mampu meredakan rasa sedih antara kedua nya. Artha melepaskan pelukannya dan berlalu mengangkat telfon,

"Halo, selamat pagi. Dengan keluarga Arthara disini" sapa Artha dengan baik dan sopan.

Mayang menghapus airmata nya dan berjalan mendekati suami nya. Tercetak raut wajah kaget dan panik di balik kerutan pada dahi nya.

"Baik, Pak. Saya segera ke kantor sekarang!" putus nya lalu meletakkan gagang telfon pada tempatnya.

"Kenapa? Ada apa?" tanya Mayang dengan nada khawatir. "Semua karyawan menuntut gaji mereka yang dua bulan belum aku bayar. Dan sekarang, semua investor saham menarik semua saham nya di perusahaan"

Deg! Astaga!

Artha segera berlalu ke kamar nya, mengganti pakaian nya dan berlalu membawa berkas-berkas keperluan kantor.

[DCRe-2] Senja KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang