10. Luka Lama

863 38 0
                                    

"Dia kembali lagi seperti dulu. Dingin, cuek, bahkan tak peduli"

-Syabilla Ashilla Rahma-

***

Jenazah sang papa sudah siap di kebumikan. Mereka segera menuju pemakaman umum di pandu sang alim ulama di komplek. Satu malam sudah jenazah Daniswara menginap, karena cuaca yang tak mendukung, serta hari yang terlampau malam. Pak ustadz menyerukan agar pemakaman di percepat.

     Marina baru saja bisa tidur pukul empat subuh tadi, itu artinya baru tiga jam ia tidur. Alat pemutar waktu sudah menunjukan pukul 07.10 WIB itu artinya satu jam lagi mereka akan berangkat ke pemakaman setelah selesai mengurus jenazah.

"Mama" panggilan lemah itu berhasil membuat Aisyah menoleh, Arleysia berjalan menghampiri sang mama yang tengah tertidur pulas. "Hush. Mama nya lagi tidur. Leysi mau apa?" tanya Aisyah dengan lembut

Di angkatnya leysi ke dalam pangkuan, dan menciumi pipi Leysi dengan sayang, "mama baik-baik aja kan, tante?"

Aisyah mengangguk, "iya sayang, mama cuma kecapean" katanya, "jangan nangis terus yah, ini takdir. Jodoh, mati, rejeki, itu semua takdir Allah. Segala sesuatu di muka bumi ini milik Allah, jadi kapan pun Allah mau mengambilnya kita harus ikhlas. Leysi harus ikhlas kalau Papa di ambil Allah" kata Aisyah menasehati. Airmatanya terus saja turun, ia ingin papa nya kembali.

"Jangan nangis. Anak baik nggak boleh nangis. Kan Leysi masih punya kak Byan. Masih punya Mama" kata Aisyah menyakinkan ucapannya dengan menatap manik mata leysi, "makasih tante" Aisyah tersenyum.

Cup. "Sama-sama sayang. Sekarang, Leysi mandi. Bentar lagi kita mau ke pemakaman, biar tante aja yang jagain mama kamu"  Leysi turun dari pangkuan Aisyah dan berjalan ke arah Marina. "Leysi sayang mama. Jangan sedih yah ma" ucapnya diiringi kecupan kecil di pipi marina. Tak lupa, sebelum anak itu pergi, rahma juga memberikan kecupan hangat di dahi Leysi.

Syabil yang kebetulan selesai menyiapkan makan bagi yang ditinggalkan, hendak menuju kamar Byan yang ada di lantai dua. Semalam, Celine menemani Byan sampai pukul sebelas malam. Baik Syabil maupun Celine sendiri memutuskan untuk menginap, berjaga jikalau terjadi apa-apa pada keluarga Daniswara.

"Leysi" panggilnya, "mau kemana?" tanya nya lagi

"Mau mandi, kak. Kan mau ke pemakaman" katanya setenang mungkin. Syabil tersenyum, kini Leysi tak bersedih seperti semalam, "yaudah. Habis itu sarapan yah. Kakak mau manggil kak Byan dulu"

   ***

"Byan" panggilan lembut itu berhasil membuat lamunannya terhenti. Syabil datang dengan membawa semangkok soto ke dalam kamar. Sudah sejak lima belas menit lalu, Byan tak kunjung turun untuk bergabung makan bersama. Dengan inisiatifnya, Syabil membawa makanan itu ke kamarnya.

"Makan dulu, yuk" ajaknya. "Gue gak laper"

Syabil mendesah kecil, "kalau kamu gak makan nanti sakit" peringatnya dengan lembut. "Oke, fine! Kalau kamu sekarang ini lagi sedih, terpuruk, bahkan jatuh sejatuh-jatuhnya. Tapi aku mohon, jangan nyiksa diri kamu sendiri kaya gini, By"

Byan segera menatap Syabil. Menatap mata hazel bening itu, "ada mama sama adek kamu, yang butuh kamu, By. Seharusnya, kamu yang lebih kuat dari mereka. Lihat, Leysi. Dia udah bisa senyum bareng Celine. Ayo, By! Bangkit!" ucap nya menggebu. Sambil melirikkan mata melihat Leysi tertawa senang dibawah sana bersama Celine dan tetangganya

Byan tak menanggapi. Seolah telinganya sedang di tulikan oleh sesuatu. Tapi tak menutup kemungkinan, jika Byan juga mendengarkan perkataan Syabil. Dipalingkan wajahnya dari manik mata Syabil. Byan lebih memilih berjalan kearah balkon kamar.

Tok! Tok! Tok!

"Maaf, mbak. Pak ustadz minta keluarga kumpul dibawah, sebentar lagi acara pemakaman dimulai" kata salah satu tetangga yang usianya lebih muda dari mereka, "iya, mbak. Nanti kami turun" kata syabil menjawab dengan senyum manis.

Byan segera berlalu kebawah tanpa menyentuh soto buatan Syabil. Semua tetangga sudah siap mengantar jenazah. Marina sudah bisa berjalan dengan tegap untuk mengantar sang suami ke tempat peristirahatan terakhir. Byan pun ikut membantu warga duduk di sekeliling keranda.

Arleysia di apit oleh kedua sahabat kakaknya. Lumayan banyak yang ikut mengantar. Sebelumnya, jenazah di sholatkan di masjid terdekat.

Acara pemakaman pun berlangsung kurang lebih satu jam. Baik, Byan, Leysi maupun Marina sama-sama menitihkan airmata saat jenazah Daniswara sudah tertutup tanah. Byan terus saja menguatkan diri nya sendiri, Begitupun dengan Celine yang terus berada di samping nya. Syabil yang tengah sibuk menenangkan Leysi dan Aisyah yang sibuk menasehati Marina, agar ikhlas menghadapi cobaan Allah. Sebagai salah satu tetangga yang paling dekat dengan keluarga Daniswara, Aisyah juga sesekali menjadi buruh cuci gosok di rumah itu.

Bruk!

"Mama!"

***

Senin, 06.15 WIB, 23°C.

Seperti itulah keterangan awal pada layar pertama handphone Syabil. Sudah tiga hari sejak kepergian Daniswara, Byan berubah. Dia tidak lagi menjadi Albyanor Daniswara yang mudah senyum dan humoris. Sekarang, ia berubah menjadi pribadi dingin, cuek, bahkan tak mau peduli orang lain.

Byan yang dulu kini bangkit kembali. Sebelumnya, Byan juga menjadi laki-laki super dingin. Semenjak sang kakek dari papanya meninggal akibat kecelakaan pesawat. Nenek nya yang kritis pun ikut meninggalkan dunia setelah satu minggu sang kakek tiada. Dua orang tersayang nya meninggal karena hal yang tragis. Oleh sebab itu Byan berubah menjadi kutub es. Entah dorongan dari apa, Byan berhasil mengubah dirinya menjadi pribadi yang baik, Syabil tidak tahu. Yang ia tahu sekarang, Byan nya sudah kembali lagi.

Dan sekarang? Papa nya juga meninggal dalam keadaan yang sama. Kecelakaan.

Luka lama yang selama ini sudah terkubur rapi, harus kembali tumbuh dilahan yang berbeda.

"Hai, By. Udah lama yah?"

"Baru. Berangkat sekarang?" Syabil mengangguk dengan pasti. Di serahkan helm doraemon itu pada Syabil, kemudian mereka berpamitan dengan rahma di teras rumah,

"Hati-hati"

Lambaian tangan pun ikut mengiri kepergian mereka menuntut ilmu. Tak ada lagi yang mereka bicarakan saat di perjalanan. Semuanya diam membisu dalam keheningan

***
Assalamualaikum sahabat-sahabat ku :)

Aku kembali hadir menemani kalian semua disini. Semoga apa yang aku tulis disini menghibur kalian yah :)

Huhft! Aku tuh capek banget hari ini. Udah ada ujian praktek, eh besok hafalan. Anak sekolah tuh gitu, lebih sibuk dari orang kerja -_ apalagi aku yang kelas 12. Rasanya capek. Pengen banget istirahat, tapi nggak bisa.

Oh iya, aku sebenernya nulis ini udah dari dua hari lalu, dan baru namatin nya sekarang. Kenapa? Karena aku sibuk banget. Maaf yah,

Jangan lupa vote+coment nya yah. Yang buanyakkkk!!!

Terimakasih.

***

Dari seorang remaja yang lagi patah hati

Tegal, 22 februari 2019
18.40 WIB
Indonesia

[DCRe-2] Senja KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang