6. Harapan dan Syabilla

1K 45 0
                                    

"Setidaknya jika harapan ku sebelumnya terlalu halu, sekarang aku berharap bisa melihat mu baik-baik saja"

-Albyanor Daniswara-

***

"Makan nya pelan-pelan dong Si" peringat Byan kala melihat Leysi makan dengan semangat sampai semua coklat menempel di pipi chubby nya, "di sini lebih enak ternyata" komentarnya setelah martabak itu habis ia telan.

"Udah?"

"He'em"

"kenyang?"

"Banget" byan hanya mengacak rambut panjang Arleysia sambil terkekeh gemas. Sudah jam tujuh lebih dua puluh lima menit malam, dan Celine masih menggunakan pakaian SMA.

"Hachim!!" suara bersin yang keluar dari mulut Celine menghentikan aktivitas Arleysia menata rambut panjang nya. Tisu bekas lap mulut akibat coklat ia buang ke tempat sampah dan mengambil yang baru lagi lalu di berikan kepada Celine

"Langsung pulang aja,yuk" ajak Byan setelah selesai membayar martabak. Arleysia di gandeng Celine menuju mobil. Hujan nya sudah mulai reda. Hanya meninggalkan sederet gerimis.
 
"Badan kakak panas" ucap Leysi saat tangan nya mulai di genggam erat Celine. Mereka memasuki mobil kala kunci mobil terbuka, "kamu si, kak Celine nya jadi makin demam kan? Tadi gak pulang dulu ganti baju"

"Hush! Udah By, gue nggak pa-pa kok"

"Leysi minta maaf yah, kak" ucap nya menunduk bersalah, "gak apa-apa" senyuman Celine yang meneduhkan berhasil membuat Leysi ikut tersenyum membalas.

Tak butuh waktu sepuluh menit, mobil yang Byan kendarai sampai di depan rumah berpagar putih agak tinggi. Rumah kuno dengan perpaduan modern itu kini menjadi satu-satunya harta yang Celine dan bunda nya punya. Semenjak Ayah nya meninggal, dan keluarga sang ayah mengusir mereka, mereka berhasil membeli rumah ini dengan uang tabungan ayah-bundanya semasa dulu.

"Maaf yah tante. Saya bikin Celine pulang malem" ucapnya setelah menjelaskan kenapa anak gadis Bunda Naya pulang lambat

"Gak pa-pa. Kayak sama siapa aja kamu. Adik kamu mana? Katanya tadi dia yang minta beli martabak?"

"Di mobil. Udah ketiduran"

"Oh.. Kasian. Masuk dulu yuk. Adik nya di bawa masuk. Nanti badan nya pada sakit. Tidur disini aja"

Byan hanya tersenyum ramah. "Nggak usah deh Tan, saya pamit pulang aja. Mama udah nungguin pasti"

"Yaudah. Hati-hati di jalan yah. Makasih banyak"

"Iya Tante. Sama-sama. Saya pamit" di cium nya tangan Naya dengan sopan sebagai salam perpisahan. "Makasih yah, By"

"Sama-sama, Cel. Jangan lupa istirahat, lo bisa demam tinggi kalau gak minum obat. Gue pulang" ibu dan anak itu serempak mengangguk. Dengan sedikit belari Byan segera menuju ke arah mobilnya yang terparkir di luar gerbang.

***

 Perumahan Purin Indah, komplek anggrek.

Plang besar pertanda masuk wilayah sudah tampak. Memikirkan Celine yang demam, Byan jadi kepikiran Syabil. Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja? Apa kak Devan merawatnya dengan baik? Semua pertanyaan itu terus saja menghantui nya sejak siang tadi. Tapi, Byan lebih memilih tak peduli. Hingga, pertanyaan itu kini memenuhi otak, hati, dan syaraf nya.

[DCRe-2] Senja KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang