24. Hijrah °A

696 34 0
                                    

"Bismillah, dengan menyebut nama Allah yang maha Esa. Aku berhijrah"

***

"Kamu yakin?" tanya Kanaya dengan penuh keyakinan, Celine hanya mengangguk dalam diam.

"Bismillah, Celine yakin, Bunda."

Airmata nya lolos seketika. Putri sulung nya tampak cantik sekali dibalut hijab bermotif berwarna krim itu. Walaupun sama seperti saat bertemu keluarga Bahari untuk terakhir kalinya. Tapi, kali ini sungguh luar biasa.

Hati Celine bersih keukeuh untuk mengenakan hijab.

"Cantik" ucap Kanaya dengan mempelihatkan wajah putri nya lewat cermin. "Alhamdulillah, makasih, Bunda"

Kanaya memeluk Celine dan mencium cukup lama kening lebar Celine. Tak terasa, air mata nya meluncur seketika. "Bunda, Nangis?"

Kanaya segera menjauh dari Celine dan mengusap air matanya. "Bunda bahagia. Kamu udah mau berhijab. Doa bunda sekarang di ijabah Allah"

Celine hanya tersenyum. Menggenggam tangan Kanaya penuh keyakinan, "Celine mau belajar banyak sama, Bunda"

"Pasti. Pasti bunda ajarkan"

***

Mobil sedan bertuliskan, 'YAYASAN PANTI ASUHAN MUARA BUNDA, kabupaten Sukabumi, Bandung' kini telah terparkir rapi di halaman rumah nya.

"Siap?" Celine mengangguk menjawab pertanyaan sang tante. "Kalau gitu, ayok berangkat sekarang, biar nggak kena macet" saran nya sambil memberikan instruksi pada sang sopir untuk membawakan barang bawaan sang ponakan.

Celine melepaskan pelukan Kanaya, "ati-ati, yah. Inget, loh. Harus nurut apa yang tante Zahra bilang. Kamu udah besar, udah seharusnya kamu memilih yang baik dan yang kurang baik. Bunda sayang kamu" ucap nya di akhiri kecupan.

"Iya, Bunda. Celine juga sayang banget sama Bunda"

Perpisahan antara mereka tak terelakkan lagi. Celine memutuskan pergi dari kotanya agar tak mengenang masalalu nya dan juga berniat hijrah karena Allah.

"Bagaimana?" tanya Zahra kala keduanya baru saja keluar komplek, "gimana, apanya?"

"Kamu sama dia, laki-laki yang kamu suka" Celine diam. Hati nya bagai tersasat luka tajam. "Cel?"

Celine menoleh dengan airmata yang sudah berada di pelupuk mata. "Maaf, bukan maksud tante bikin kamu se----"

"Kita udah gak bisa ketemu lagi, Tan"

"Loh kenapa?" kaget Zahra,

"Dia pergi ke jerman buat ngejar beasiswa nya disana. Dan bodohnya, hari sebelum dia benar-benar pergi, Aku udah bilang kalau aku suka sama dia"

Zahra tercengang hebat. Celine memang gadis berani, "lalu? Reaksinya?"

"Dia marah-marah, kecewa, dan seakan dia bercanda sama omongan aku. Lebih sakit nya lagi, pas dia nolak aku mentah-mentah" ucap nya seraya melamun apa yang terjadi dua hari lalu antara dirinya dan Byan di Cafe Bu Aliyah.

[DCRe-2] Senja KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang