7. Kaki Lima

924 44 1
                                    

"Anak kecil berbando pink dengan hiasan kelinci putih diatasnya mengingatkan ku, padamu. Ashilla"

-Albyanor Daniswara-

***

Bel pertanda pulang sekolah telah berbunyi, anak-anak yang lain berlarian keluar kelas menuju rumah masing-masing. Byan melangkahkan kaki nya ke lapangan indoor, dimana teman-teman nya sudah menunggu untuk latihan basket karena seminggu lagi akan diadakan lomba antar sekolah.

"By" panggil Syabil padanya

"Kenapa?" Byan membalas acuh sambil terus berjalan ke lapangan dan berbelok di ruang ganti. "Ke rumah celine, sekarang" rengeknya

"Nggak bisa, Syabil"

Desahan kasar itu berhasil mendarat sempurna di permukaan, "kamu tuh lebih mentingin basket dari pada sahabat sendiri. Sebel aku sama kamu" Syabil membalikan badan dan berjalan ke arah kursi tunggu. "Bukan gitu, gue ada tanggungjawab buat ngelatih adik kelas kita. Mereka mau lomba loh"

"Bodo!"

Tangan Byan berhasil mendarat di kening syabil. Menyentilnya dengan sedikit keras, "siapa yang ngajarin nggak sopan?"

"Habis nya kamu bikin sebel" katanya sambil mengelus kening nya yang dirasa panas. "Habis isya kita tengokin Celine. Sekarang masih jam 3 sore. Gue ngelatih mereka dulu sampe jam 5, hbis itu pulang baru nengokin Celine"

Syabil mencibikkan bibirnya, "ck! Terus aku harus nungguin kamu disini selama dua jam?"

"Iya kalau mau"

"Ih! Ogah!"

"Yaudah, sana pulang sendiri" usir byan dengan enteng, kemudian langkahnya memasuki ruang ganti. "Nyebelin!"

***

Halaman, 135, Pura-pura, karya Maudi Adinda.

Aku lupa jika sekarang aku hanya sedang berpura-pura menutupi rasa sakit hati ku. Aku lupa, jika suatu saat ingatan ku akan kesakitan itu muncul dengan tiba-tiba. Dan yang paling aku takutkan, aku terlalu lemah dan tak siap menghadapinya.

Samarinda, Kota Lahirku.

Halaman, 136, Salah tempat, karya Maudi Adinda.

Persahabatan antara laki-laki dan perempuan tak selamanya sempurna. Tak selamanya nyata. Tak selama nya bersama. Pasti! Diantara keduanya ada yang memiliki rasa lebih dari persahabatan. Semuanya hal yang wajar. Karena cinta adalah anugerah dari Tuhan, walau kadang kita berpikir cinta kita salah tempat.

Samarinda, Hujan pagi.

"Syabil!" teriakan itu berhasil membuat nya mendongakkan wajah. Buku berjudul Diary Maudi ia tutup dengan cepat, tak lupa Syabil membatasinya sampai halaman 136. "Kenapa?"

"Ayok pulang"

"Udah selesai?" tanya nya sambil melirik jam.

16.10 WIB,

"ini masih jam 4 lho, By" kata Syabil lagi

[DCRe-2] Senja KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang