25. Hijrah °B

627 32 0
                                    

"Jangan minta harta, bahagia, dan kaya pada Tuhan. Tapi minta lah yang lebih mahal, yaitu Hidayah"

***

Suara ponsel yang sejak tadi berbunyi berhasil membuat fokus Celine terhenti. Ia sedang membaca beberapa buku tentang hadits wanita di ruangan kecil yang biasa Zahra sebut, Perpus pribadi. Pasalnya, hanya boleh Zahra dan keluarga dekat saja yang boleh masuk ke dalam sini.

Syabilla's Calling.

Seperti itulah tulisan yang tertera dalam layar tipis berukuran 5 inch tersebut, "Halo, Assalamu'alaikum" ucap nya lembut,

"Wa'alaikumussalam, Celine!!!" teriak nya girang dari sebrang sana.

"Nggak usah teriak-teriak kali, Bil" peringatnya dengan nada sebal,

"Maaf-maaf. Hehe. Habis nya kamu, sih. Pergi ke Sukabumi nggak pamit!" kini giliran Celine yang tersenyum bersalah,

"Iya-iya, Maaf. Kemarin aku nggak sempet ngubungin kamu. Nggak kepikiran mau pamit sama kamu juga" Jelasnya penuh kejujuran.

"Ih! Jahat! Aku ini sahabat kamu, tauuuuuu" rajuk Syabil di sebrang sana.

"Iya-iya, maaf deh" ucap Celine dengan nada menyesal.

"Eh, ngomong-ngomong kamu tau dari mana aku ke Sukabumi?" lanjutnya,

"Dari Bunda kamu. Aku barusan dari rumah kamu, ngasih undangan nikah"

"Cieee yang mau di halalin. Semoga lancar, semoga bahagia. Doa sahabat mu ini selalu menyertai mu"

Di sebrang sana Syabil mengusap wajahnya dan serentak mengucapkan kata 'amin' baik dalam hati maupun ucapan lisan.
"Makasih banyak, Cel"

"Sama-sama"

"Eh, bentar deh. Dari bahasa ngomongnya sekarang beda, yah? Lebih lembut" kekehan pelan di sana membuat Celine terkikik geli, "apa, sih? Enggak biasa aja" kilah nya

"Iya, aku denger nya aja beda. Tadi, Bunda bilang kalau kamu milih nyantri di tempat tante Zahra dan keluar dari universitas pilihan kamu? Bener?"

Ah, iya. Celine lupa memberitahukan ini pada Syabil. Sejak dulu, sejak Celine masih menginjak kelas tiga SMP, ia sudah punya cita-cita menjadi seorang pemusik. Ia ingin menciptakan lagu-lagu istimewa dari biola kesayangannya.

Namun, setelah di pikir tiga hari tiga malam ia putuskan untuk berhenti. Hidup nya karena Allah. Itu yang Kanaya tekan kan pada dirinya. Apalagi, setelah mendengar cerita Kanaya dan kisah nya yang sekarang tak berarah setelah Byan pergi.

Setelah memiliki keputusan bulat, dan mulai berhijrah. Celine merasa lebih tenang dan damai. Hidupnya semakin bertujuan. Bukankah ini salah satu petunjuk dari-Nya?

"Celine?"

"Ah, iya, Bil. Kenapa?"

"Bener, kamu milih menyantri daripada masuk universitas?"

Celine mengangguk pasti. Walaupun pada nyata nya Syabil tak dapat melihatnya. Namun, ia rasa sahabat nya itu kini ada di hadapannya. "Iya, bener"

[DCRe-2] Senja KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang