22. Perihal Rasa °B

629 33 0
                                    

"Aku sudah milik orang lain. Enggak seharusnya kamu suka sama Aku"

-Syabilla Ashilla Rahma-

***

Rintikan air hujan mulai turun membasahi daerah kecil di salah satu kota Bandung. Jendela kaca mulai mendingin bersama turun nya air hujan yang begitu deras. Bumi seakan mengerti isi hati Celine yang tengah terluka. Suara tangis nya seperti berbenturan dengan suara hujan.

Celine masih menyesali segala apa yang dia katakan tadi siang pada Byan. Bagaimana jika besok Byan pergi ke Jerman tanpa mau bertemu dengan nya lagi?

Celine beranjak dari duduk nya. Ia mengganti pakaian rumah nya dengan kaos kasual seperti biasa. Ia harus menemui Syabil dan menceritakan semuaya. Ia tak mau Byan pergi ke Jerman tanpa diri nya.

Angin kencang bersamaan kilat petir yang berdatangan tak menurunkan tekad Celine untuk pergi dari rumah, "mau kemana?" tanya Kanaya saat melihat Celine di depan pintu,

"Mau ke rumah Syabil, Bunda"

"Mau ngapain? Hujan juga.  Sebentar lagi magrib, loh. Masuk, yah?"

Celine tetap menggeleng, "Celine mau nyelesaiin semuanya, Bunda. Celine pergi. Assalamualaikum" tanpa mendengar jawaban dari Kanaya, Celine sudah berjalan mendekati gerbang rumah dan berjalan seorang diri di bawah air hujan menuju halte depan komplek.

Jawaban salam Kanaya dan teriakan nya tak membuat langkah Celine berhenti dan berbalik.

Taksi biru yang ia naiki kini telah sampai di depan rumah Syabil. Hanya butuh waktu tiga puluh menit untuk sampai setelah macet yang lumayan panjang di pantura.

Syabilla, gadis yang hobi membaca novel ini memilih menyendiri di kamar selepas sholat magrib. Kedua orang tua nya telah berangkat ke Padang mengunjungi sang Oma yang sedang sakit di sana, pagi tadi.

Sebuah ketukan ringan kini berbunyi di ambang pintu kamarnya, "masuk aja, Mbok" katanya pada sang pembantu yang sedari tadi mengetuk pintu.

Ceklek!

"Maaf non, kalau mbok mengganggu. Di luar ada non Celine" beritahu nya,

"Celine? Tumben." Syabil heran, pasalnya jika Celine akan berkunjung kerumah nya, dia pasti akan memberitahu lebih dulu dan Syabil akan menyiapkan cemilan kesukaan sahabat nya itu.

Syabil segera turun dari ranjang Cinderella nya dan meletakkan novel yang sejak tadi ia baca, "masih di luar?" Tanya nya saat berpapasan dengan mbok Ida. "Masih. Non Celine nya nggak mau diajak masuk"

"Yaudah, makasih yah, mbok"

Mbok Ida menunduk tersenyum, "sama-sama non. Mbok bikin minum dulu. Mari" pamit nya menuruni anak tangga lebih dulu dari sang majikan, kemudian diikuti Syabil dibelakang nya,

"Celine?" Sapa nya dengan nada iba. Keadaan Celine kini basah kuyup akibat hujan yang mendera wilayah Bandung bagian selatan sejak sore tadi.

"Hiks.. hiks...Syabil" katanya gemetar penuh tangis, "kenapa?" Wajah cantik nan ayu Celine kini didongakkan menghadap dirinya. Airmata Celine kini mengalir deras layaknya hujan yang sekarang ini turun.

Grep!tubuh mungil yang sebaya dengannya kini memeluk erat. Menangis tersedu di atas bahu, "masuk, yuk. Cerita di dalem aja" tangan putih Syabil mengelus punggung Celine yang terbalut rambut panjang lurus yang hitam pekat,

[DCRe-2] Senja KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang