12. Menjemput Hidayah

848 37 0
                                    

"Tidak ada yang bisa mengalahkan kekuatan do'a"

-Celine Pracha Elanor-

***

Angin malam mulai terasa. Suhu yang menyeruak didalam ruangan kian mendingin. Tak terasa, alat pengukur waktu telah menunjukan pukul 00:05 dini hari.

"Astagfirullah" nada sedih bercampur hembusan nafas itu semakin terasa menusuk hati. Bagaimana ini? Apa yang harus dirinya lakukan sekarang?

"Celine" panggilan lembut itu masuk kedalam indra pendengarannya. Pintu coklat penuh stiker basket itu terkuak cukup lebar. Wanita berhijab coklat itu memandangnya dengan senyum melembutkan,

"Boleh tante masuk?" Celine menganggukkan kepala nya dan menghapus sisa airmata nya, "kenapa belum tidur?" tanya nya setelah dihadapan Celine. Ia duduk di tepi ranjang menghadap ke arah Celine

"Nggak bisa tidur"

"Kenapa? Kepikiran yang tadi?" tak ada jawaban maupun suara yang keluar dari bibir merah miliknya. Wanita yang biasa nya mengenakan niqab itu kini mendekat. Di raihnya tangan putih milik sang ponakan,

"Nak, kalau kamu gelisah dan nggak tenang, dirikanlah sholat. Allah pasti akan membantu kamu menghilangkan segala kegundahan hati" sarannya

"Udah"

Senyuman manis itu terbit lagi, "terus? Kenapa masih gelisah?"

"Nggak tau tante. Celine cuma nggak bisa tidur"

Nafas gusar kini terdengar di telinga Zahra, "kamu udah punya calon sendiri, yah?" tanya Zahra yang berhasil membuat Celine mematung. Wajahnya yang tadi menunduk lesu, kini menatap Zahra dengan tatapan kaget, gugup, dan salah tingkah

"Enggak"

"Lalu?"

Hening. Celine diam seribu bahasa, entah apa yang harus ia bicarakan dan bagaimana ia harus menjelaskan. Celine hanya takut, Zahra berada di pihak bunda nya.

"Tante, tau kamu bohong, Cel" telak! Celine semakin salah tingkah dan enggak lagi menatap sang tante. Ia melepaskan tangannya dari genggaman sang tante dan menarik selimut, beralibi tidur agar terhindar dari penemuan-penemuan tante nya akan dirinya

"Kalau kamu memang punya calon sendiri, kamu bilang sama bunda mu, atau bilang sama tante. Kamu bisa bagi masalah kamu ke tante" sarannya lagi,

"Makasih tante"

"Jangan sampai sebuah penyesalan besar hinggap di dalam diri kamu sampai kamu tua. Cukup tante aja yang ngerasain itu" ucap nya yang berhasil membuat Celine menghentikan akting nya dan menatap Zahra lagi

"Maksudnya?"

"Tante sama om Aldi dulu dijodohin. Sama kaya kamu dengan Fariz"

"Tante sama om menikah karena udah saling kenal dan punya rasa, kan? Kalian sama-sama mencintai. Wajar kalau tante sama om setuju-setuju aja. Buktinya, om Aldi udah meninggal dua puluh tahun lalu, tante masih setia sendiri"

Zahra tersenyum, "siapa bilang? dulu, Tante nggak kenal sama sekali sama Om Aldi. Bahkan ngeliat wajahnya aja nggak pernah. Tante lulusan pondok di malang, Om Aldi dokter di singapura, terus gimana caranya kita ketemu, kenal dan punya rasa?" pertanyaan membingungkan itu berhasil membuat Celine berfikir logika.

[DCRe-2] Senja KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang