15. Dua Laki-laki °B

787 34 0
                                    

"Aku terlalu takut untuk mengatakan yang sejujurnya. Aku takut kamu pergi menjauh dan tak kembali lagi"

- Celine Pracha Elanor-

***

Semilir angin sore berhembus dari barat ke timur. Laki-laki yang kerap di sapa Byan itu, masih setia duduk melamun di rooftop sekolah nya. Sudah empat jam lebih ia tidak mengikuti pelajaran di kelas internasional nya. Siapa yang berani melarang nya? Asalkan Byan mampu menyeimbangkan nilai nya dengan baik, kenakalan demi kenakalan yang Byan lakukan tak ada masalah bagi pihak sekolah maupun guru lain nya.

Pandangannya terus lurus ke depan. Mencari sebuah cara bagaimana diri nya bisa mendeketi Syabilla lagi dan tidak bermusuhan dengan Celine. Rasanya hampa.

Dua gadis yang selalu ada disampingnya kini pergi menjauh. Yang pertama, karena Syabilla di larang dekat-dekat dengan Byan karena statusnya yang kini sudah akan milik orang lain. Yang kedua, karena kesalahannya, Celine pergi meninggalkannya dengan tangisan yang Byan ciptakan.

"Kak, Ayok beli bubur ayam di komplek Anggrek. Aku mau" rengek Arleysia pada Byan.

"Yaudah ayok. Tapi kamu bawa sepeda sendiri yah, kakak bawa motor sekalian mau langsung jalan ke sekolah"

"Siap. Ayok" Arleysia mengeluarkan sepeda pink nya dari garasi. Mengayuh pedalnya mendahului Byan.

Sampai disana ramai sekali pelanggan yang datang. Karena harga nya yang terjangkau, bubur ayam mang Tepo ini memiliki banyak varian lauk pauk seperti sate, gulai, gorengan, dan lain-lain, dan yang pasti enak.

Setelah membeli satu porsi bubur ayam, Arleysia berpamitan pulang dan berpisah dengan Byan di gerbang komplek Anggrek.

"Hati-hati naik sepedanya"

"Kakak juga hati-hati ke sekolah nya" Byan tersenyum sambil mengacak-acak rambut Arleysia. Lambaian tangan Leysi mengakhiri obrolan antara dirinya dan adik kesayangannya itu.

Saat Byan sudah melajukan motor nya sedikit menjauh dari gerbang. Terlihat dari spion motor bahwa gadis SMA berbando pink dengan rambut tergerai berjalan di emperan komplek. Byan segera mengerem dan memutar motor nya untuk menghampiri gadis itu,

"Syabil?"

"Byan? Ngapain kamu di sini?"

"Habis nganter Leysi beli bubur di depan. Lo mau berangkat kan? Bareng gue, yuk"

Syabil diam. Bingung harus mengatakan apa.

"Eh enggak usah. Aku di jemput kak Devan, kok"

Seketika raut wajah ceria Byan pudar. Helm doraemon yang Byan sodorkan langsung ia tarik kembali dengan gerakan perlahan layaknya tak rela. Bahkan melihatnya pun seperti mengenaskan.

Tak lama, mobil sedan putih yang Byan yakini adalah mobil keluaran baru itu, berhenti di sebrang kiri. Pemilik nya keluar dengan menenteng kunci mobil, "udah nunggu lama?"

"Baru aja"

"Yaudah, ayok berangkat." ajak Devan dengan menggandeng tangan Syabil

[DCRe-2] Senja KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang