9. Duka

895 42 2
                                    

"Hidup dan mati seseorang adalah takdir Tuhan. Tidak bisa di tawar, dilebihkan atau dikurangkan. Semuanya sudah tertakar jelas dan tepat"

-Celine Pracha Elanor-

***

Matahari sudah tepat di atas kepala. Bayangan sudah tegak lurus dengan benda. Anak-anak berlarian keluar gerbang sekolah menuju rumah masing-masing. Ternyata, sudah dua hari satu malam Syabil menginap di rumah Byan. Walaupun Marina sudah menganggap dirinya layaknya anak sendiri, rasa tak enak hati juga sering ia rasakan kala melihat wanita paruh baya itu tengah mengerjakan pekerjaan rumah seorang diri.

"Nggak pulang?" tanya Celine padanya, "nanti, nunggu Byan"

"Emang dia kemana?"


"Lagi ke kamar mandi. Kamu pulang sama siapa? Biar dianter Byan aja" tawarnya, "nggak usah. Gue di jemput Ero, kok"

"Yang bener?"


"Iya. Masa nggak percaya"

"Tumben banget Ero mau jemput pas rame begini"

"Habis ketemuan sama Shasa katanya" Syabil ikut terkaget. Ero ketemu mantan. "Aku kira mereka musuhan"

"Biar nggak musuhan. Makanya ketemu. Udah dulu yah, Bil. Gue pulang, takut nya Ero udah nunggu" pamitnya. "Iya, hati-hati, Cel" lambaian tangannya mengiringi kepergian Celine. Tak lama Byan datang dengan membawa kunci motor yang ia lempar-lemparkan ke atas

"Pulang sekarang?" tanya Byan meminta kejelasan tujuan, "iya. Aku capek pengen tidur. Nanti sore biar bisa ngerjain tugas dari pak sutra" katanya mendahului jalan Byan, "emang ada tugas?"

"Ada By, pikun deh!"


"Bukannya minggu depan?"

"Ih! Dasar pikun!"

***

Leysi sedang menyelesaikan tugas menggambarnya di ruang keluarga. Sambil menemani putri bungsu nya, Marina sesekali membaca majalah dan mngecek ponsel, kalau-kalau sang suami pulang meminta di masakkan sesuatu, "papa mana, mah? Katanya pulang sore"

 "Mama juga gak tau. Macet dijalan kali" katanya setenang mungkin. Padahal dalam hati ia juga resah.

"Ih! Byan. Buku aku balikin!" katanya merengek sambil berusaha mengambil buku itu dari tangan Byan. Sambil loncat-loncat, Syabil terus mencoba meraih buku fisika nya di tangan Byan yang di tinggikan ke atas.

"Dasar pendek. Coba dong diambil" ejek nya. Baru saja Syabil akan meloncat lagi, byan berhasil lari dan turun ke lantai bawah, "Byan!"

"Astaga! Ini anak. Udah malem jangan lari-lari" peringat Marina pada Byan dan Syabil. "Buku Syabil tante" adunya, "nggak asik banget si lo, tukang ngadu"

"Bodo! Kembaliin nggak?!"


"Nggak mau! Wlee" Byan semakin senang menjahili Syabil saat melihat Syabil mulai marah. Ia juga menjulurkan lidahnya dan terus saja menjahili Syabil.

[DCRe-2] Senja KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang