33. Bertemu Orang Baru

801 33 0
                                    

"Terimakasih, atas pertemuan singkat hari ini. Mata mu yang meneduhkan mampu meruntuhkan ragu ku pada manusia sejenis kamu"

***

Sesi ceramah Oma sudah selesai. Sesi nasehat Eyang pun sudah selesai. Kini baik Syabil maupun Adam beranjak ke kamar masing-masing. Namun, saat pintu akan di tutup, Adam langsung masuk ke kamar nya dan langsung merebahkan diri di ranjang Syabil.

"Awas, Kak. Ngapain sih disini? Udah punya kamar sendiri juga" Syabil terus saja menggeser tubuh Adam agar tak menempel di ranjang nya.

"Gue mau ceramah juga. Nggak Oma aja yang bisa ceramah"

"Apasih? Gaje. Kuping aku udah capek. Sana pergi. Aku mau tidur" kata Syabil sambil menarik selimut nya. Namun, di tahan Adam.

"Gue yakin, dengan berjalan nya waktu lo bisa nerima Byan. Lo bisa mencintai Byan seperti lo mencintai Devan dulu. Ini cuma masalah waktu. Dan masalah terbesar nya ada di lo. Kalau lo mau berubah, dan mau mencoba ikhlas, membuka hati untuk Byan. Dalam waktu sehari pun, gue yakin. Rasa sakit hati dan kecewa lo ilang"

"Tapi, nggak semua yang kakak omongin bener"

"Bener, Bil."

"Kalau kakak salah?"

"Kenapa lo udah menilai salah? Lo belum coba!"

"Kenapa kakak menilai bener? Emang kakak udah nyoba?"

Adam frustasi. Harus bagaimana lagi menjelaskan pada Syabil yang keras kepala ini?

"Beberapa orang udah nyoba. Kenapa berhasil? Yah karena mereka nyoba. Mereka sungguh-sungguh. Mereka ada keinginan mau mencoba, kemudian berusaha diiringi ikhlas. Ketenangan jiwa akan tumbuh dengan sendirinya. Dan tahap selanjutnya, bagaimana hati bisa menerima lagi cinta"

Entah teori dari mana yang Adam jabarkan. Tapi hal itu mampu membuat Syabil berpikir keras.

"Nah, sekarang. Gue tanya sama, lo. Lo mau terus-terusan kaya gini dengan rasa kecewa lo, atau lo berubah dan bangun keluarga cinta yang baru sama suami lo? Terserah, keputusan ada di tangan lo. Toh, juga. Yang ngejalanin lo. Yang tau derita seneng nya juga lo"

"Aku mau berubah"

Adam menatap adiknya dengan senyum mengembang. Ternyata, teori dan perdebatan panjang nya tak berakhir sia-sia.

"Jadi?"

"Aku mau nyusulin Byan ke Jerman"

Adam segera memeluk Syabil. Mencium kening adik nya berulang kali, "kakak!!!" teriaknya saat Adam tak menyudahi hal itu.

"Alhamdulillah. Akhirnya kamu nggak keras kepala lagi" ucap nya tertawa senang.

"Eh, kakak mau ngapain?" tanya Syabil saat Adam memegang gagang telfon.

"Telfon Byan. Ngasih tau kalau kamu bakal nyusul dia ke Jerman"

"Eh, nggak usah. Jangan bilang, biar nanti aku yang bilang"

Adam meletakkan gagang telepon rumah nya lagi. Ia segera pergi dari kamar Syabil dan memberitahukan ini pada Oma dan Eyang nya.

[DCRe-2] Senja KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang