28. Persiapan Sempurna

675 34 0
                                    

"Selamat. Kamu berhasil menyiapkan semua nya. Sampai aku tidak sadar kalau kamu adalah orang paling jahat dan penipu!"

***

Suasana ramai sudah sejak semalam memenuhi kediaman almarhum Pradito. Hari ini adalah hari pernikahan Syabil dengan Devan. Dengan gaun panjang putih penuh dengan kristal, Syabil masih saja sibuk bercermin di hadapan cermin besar di kamar nya. Rambut nya yang panjang di biarkan tergerai dengan beberapa pernak-pernik yang membuat rambut nya seakan-akan terlihat seperti putri yasmine. Cantik sekali.

Celine yang sejak semalam menemaninya tak henti-henti nya memuji.

"Udah, Cel. Muji terus"

Celine terkekeh pelan, "subhanallah, Bil. Kamu tuh udah kaya ratu-ratu di negeri dongeng tau nggak?"

"Lebay deh"

Celine mendekat dan memeluk Syabil erat. "Biarin. Yang penting hari ini sahabat aku cantik" Syabil pun ikut terkekeh kecil.

Tok tok tok

Ketukan di ujung pintu membuat pelukan mereka terlepas. Ternyata, Adam datang membawakan sebuah bingkisan.
"Ini, gue nemu dua kotak ini di nakas kamar mama papa. Tertulis, 'untuk putri kecil papa'." ucap Adam dengan memberikan kotak kecil bersampul coklat batik.

"Terus ini kayaknya dari mama, tuh ada tulisannya, 'untuk Ashilla'. Kan cuma mama yang kadang manggil lo Ashilla" Syabil menerima semua bingkisan itu dengan tangan gemetar. Air mata nya sudah ada di pelupuk mata siap untuk di tumpahkan. Celine mengusap punggung Syabil. Menyadarkan gadis itu agar tak menangis lagi.

"Makasih, Kak"

Adam tersenyum, "sama-sama. Sebentar lagi keluarga Om Artha bakal dateng, kamu siapkan diri yah" Syabil mengangguk pasti.

Celine yang mengerti tatapan Adam pada nya pun ikut beranjak pamit, "aku keluar dulu, ya? Nanti kalau keluarga kak Devan udah dateng aku kesini lagi"

"Iya. Makasih banyak, Cel" Celine memberikan kecupan ringan di pipi nya dan berlalu pergi di ikuti Adam.

Sepeninggal mereka. Syabil termenung diam dalam kesendirian. Ia menatap kedua bingkisan di tangannya. "Makasih, Ma Pa"

Tes!

Bulatan air mata kini tercetak jelas di sampul bingkisan. "Seharusnya, Mama Papa disini" ucap nya pilu. "Syabil mau menikah, Ma. Pa"

Isakan kembali terjadi. Syabil mencoba menahan air mata nya yang akan meluncur lebih banyak lagi. "Semoga Mama sama Papa bahagia di sana. Syabil sayang kalian" dipeluk nya kedua bingkisan itu dengan erat.

Dari balik jendela, Syabilla bisa melihat tamu-tamu yang sudah datang. Teman-teman masa SMA nya juga ada beberapa yang datang. Tapi, satu yang menjadi fokus Syabil. Laki-laki berjas hitam setelan formal tengah menggerutu di balik mobil rombongan tersebut.

Reyhan.

Laki-laki jail yang humoris itu tengah di buat kesal dengan seseorang di sebrang telfon.

"Yaudah, lo sekarang di mana?!" ucap nya kesal.

"Yaudah. Gue jemput lo ke Bandara sekarang. Tunggu!" putusnya kemudian mematikan telfon.

[DCRe-2] Senja KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang