26. Kehilangan

696 32 0
                                    

"Sebuah penyesalan terbesar adalah saat kita belum sempat membahagiakan orang tersayang setelah kita benar-benar kehilangan"

***

Langkahnya terus melebar memasuki sebuah rumah besar bergerbang coklat kayu itu. "Non, Syabil?" panggil laki-laki berpakaian satpam itu,

"Pak Dadang. Saya mau ketemu kak Devan" ucap Syabil dengan terus celingukan mencari laki-laki itu,

"Aduh maaf, non" cicitnya ketakutan bingung, "kenapa, Pak?". Pak Dadang hanya mampu menggaruk tengkuknya bingung.

Harus jawab apa?,

"pak Dadang?"

"Em, anu. Anu non," Syabil masih diam menunggu kata demi kata yang pak Dadang ucapkan, "Aden nya lagi pergi ke luarkota sejak dua hari lalu"

"Pergi?" Tanya Syabil memastikan.

Kebohongan apalagi sekarang?

"Bukan nya kak Devan itu masih di Padang?"

"Udah tiga hari pulang. Tapi, dua hari ini nggak di rumah. Dia keluar kota. Lah, saya kira sama non Syabil. Pergi jalan-jalan gitu sebelum sah" jelas pak Dadang sejujur mungkin. Karena itulah yang ia tahu. Toh nyatanya, Nyonya besar maupun kedua majikan nya bahkan Devan sendiri tak pernah berpesan apapun untuk menyembunyikan sesuatu pada seseorang yang nantinya bertanya di mana Devan.

Jadi, bukan salah pak Dadang, dong?

Syabil segera mencari handphone nya dan menghubungi Devan. Sejak pesan terakhir yang Devan kirimkan tadi pagi, hingga saat ini laki-laki itu menghilang bagai ditelan bumi.

"Terus yang di rumah siapa, Pak?"

"Kosong, Non. Cuma ada mbok Darmi, sama saya" Syabil mengangguk paham.

Apa yang Devan sembunyikan dari nya?

"Tante sama Om?"

"Lagi ada meeting di kantor, Non"

Syabil segera berpamitan dari sana. Ia segera pulang menuju rumah nya. Teka-teki dan menghilangnya Devan sudah menjadi bukti, kalau ada sesuatu yang akan menimpa mereka nantinya.

***

Mau seberapa banyak ia mengubah posisi tidur nya. Jika dalam hati ia terus gelisah, resah, dan tak tenang. Sampai lebaran nyamuk pun, Syabil tidak akan pernah bisa memejamkan mata barang sedetik saja.

Setelah pulang dari kediaman Devan, hati Syabil selalu di rundung rasa cemas tak berujung. Bukan, bukan karena memikirkan keberadaan Devan. Tapi sesuatu lain yang mungkin terjadi secara bersamaan. Tapi, apa?

"Non!!! Non Syabil!!!" teriak mbok Ida dari arah ruang keluarga.

Syabil yang tengah tidur terlentang sambil memandangi layar handphone nya langsung kaget dan berdiri dari posisi nya. Ia segera berlari kearah sumber suara yang berada di lantai bawah, "kenapa, Mbok?!" teriak Syabil sambil terus berlari kencang ke arah sang si Mbok.

"Liat non!" tunjuknya kala sang majikan sudah di samping nya.

Prang!

Benda pipih yang sejak tadi ia pegang kini jatuh membentur lantai berkeramik putih.

[DCRe-2] Senja KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang