"Salah kalau aku suka sama kamu? Pada dasar nya, persahabatan antara laki-laki dan perempuan nggak bakal abadi"
-Celine Pracha Elanor-
***
Seminggu sudah setelah meninggalnya sang Eyang, Celine tetap saja murung. Diam dalam kesendiriannya. Kamar serba putih di balut stiker biola menjadi saksi bisu kesedihannya. Sungguh, ia sangat terpukul. Ia rindu sang Eyang yang selalu memanjakannya, selalu menyayangi dan menasehatinya. Selalu membela nya disaat sang Bunda memarahinya. Celine rindu.
"Sayang" Kanaya masuk membawakan segelas susu putih di atas nampan. Meletakkan nya di nakas kamar dan menghampiri putri nya di samping jendela.
Pandangannya terus lurus ke depan menatap langit gelap. Sudah pukul delapan lebih dua belas menit malam. Namun, angin dingin yang menerpa tak kunjung membuat Celine beranjak.
"Udah dong, jangan sedih terus. Bunda juga sedih kehilangan Eyang, tapi kamu harus ikhlas" Celine semakin menenggelamkan wajahnya di perut sang Bunda
"Celine kangen Eyang"
Kanaya menunduk, mengusap rambut panjang Celine dengan lembut, "hust! Bismillah ikhlas, nak. Setiap yang hidup pasti akan mati. Kita semua hanyalah titipan Allah. Semuanya kembali pada Allah. Rasa kehilangan itu wajar, tapi jangan berlebihan. Makanya, sebelum kehilangan, jaga baik-baik atau perlakukan semestinya apa yang harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Biar penyesalan itu nggak terus menghantui"
Celine melepaskan pelukannya dan menghapus airmata nya, "udah, nggak usah nangis. Kita berdoa sama-sama buat Eyang" Celine mengangguk pasti.
Kanaya menutup jendela kamar Celine lalu menarik tirai tipis dan gorden. Mengecup puncak kepala Celine dengan penuh kasih sayang, "Bunda sayang sama kamu. Bunda nggak mau liat kamu sedih terus"
Celine hanya mampu diam.
"Besok siang kamu tampil di Cafe nya bu Aliyah. Semangat buat penampilan kamu besok""Makasih, Bunda"
***
Suara tepuk tangan kian bergemuruh diiringi cuitan dari beberapa laki-laki disana. Penampilan Celine yang kedua kali ini berhasil membuat pengunjung semakin senang menikamti dan menghabiskan waktu di cafe ini.
"Bagus sekali. Terimakasih, yah" ucap Bu Aliyah memberikan pujian. Celine tersenyum senang. Senyum termanisnya ia persembahkan untuk dua orang yang berarti untuk nya. Ibunda nya dan Albyan.
Laki-laki belasteran Jerman-Indo ini memilih menyempatkan waktu terakhirnya di kota ini dengan melihat penampilan sahabat nya sebelum besok pagi ia akan berangkat ke Jerman mengurus kuliahnya.
Lalu dimana Syabil?
Syabilla tengah sibuk mengurus persiapan pernikahannya dengan sang calon mertua, Mayang. Karena, Devan masih mengurus kuliah nya di Padang, dan sang mama, Rahma tadi pagi harus berangkat ke Padang karena sang Oma yang jatuh sakit akibat serangan jantung. Maka dari itu, ia yang harus menggantikan posisi sang mama mengurus beberapa keperluan.
"Keren!" puji Byan dengan mengacak rambut Celine.
"Ih, Byan!" laki-laki itu hanya tersenyum senang melihat wajah cemberut Celine karena tangan jahilnya mengacak poni Celine.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DCRe-2] Senja Kelabu
Подростковая литература[Season 2 SELESAI] Konten Remaja Islami ❤😊 Kisah cinta segitiga yang terjadi diantara persahabatan mereka, membuat semua apa yang sudah terjalin menjadi kacau berantakan. Syabilla, gadis berusia 16 tahun ini memulai persahabatan nya bersama Celine...