captain

606 67 10
                                    

Kau tahu, pada awalnya aku selalu berpikir bahwa aku berhak mendapatkannya,

Draco.

Mungkin itulah alasanku bertahan.

Karena aku sudah melalui banyak rasa sakit dari menahan perasaanku, dan melihatnya bersama orang lain meski mereka bahkan tidak berkencan. Juga karena kami memiliki cukup banyak waktu bersama beberapa bulan dan tahun yang lalu. Kupikir,

aku bertahan melalui semua ini, aku berhak mendapatkannya di akhir.

Tapi kalau Hester menanggung beban yang mungkin lebih parah dariku,

Masihkah aku berhak memiliki Draco?

.

Hari kamis yang damai ini, aku dan teman-teman asramaku menghabiskan malam dengan bermain kartu UNO.

Sudah lama sekali sejak aku memainkannya pertama kali dulu, sebelum aku mengenal sihir, aku bahkan hampir lupa peraturan permainannya.

Kami berkumpul di ruang rekreasi, duduk berkeliling di satu sisi sofa, sementara sisi lain sofa dipenuhi oleh kelompok lain yang yah, bisa kubilang jauh lebih ribut. Aku mengambil satu bantal sofa untuk menyembunyikan kartu-kartu wild ku. 

Aku tidak mau Eva tahu apa saja kartu milikku. Matanya sangat liar dan lehernya panjang. Eva suka mengintip kartu orang di sebelahnya, dan sekarang aku duduk di sebelahnya.

Aku meletakkan kartu wildku dan menutupinya dengan bantal di sebelah kananku, dengan Eva di sebelah kiriku. Bantal tersebut tidak terlalu menutupi kartunya, aku membiarkannya terbuka sedikit supaya aku bisa melihatnya namun kuatur sedikit posisinya agar setidaknya hanya aku yang bisa melihat kartu milikku.

Dua siswa laki-laki memasuki ruang rekreasi, satu diantaranya berjalan menuju teman-teman mereka melewati sisi belakang sofa.

Dia berhenti di dekatku. Aku bisa melihat kepalanya di sampingku, memperhatikan kartu yang kupegang dan kartu yang berada di bawah bantal.

Merasa tidak nyaman, aku berinisiatif untuk bertanya, dalam maksud mengusir.

"Apa?" tanyaku.

"Kenapa kau letakkan kartumu di bawah bantal?"

Pertanyaan seperti ini hanya butuh jawaban yang sederhana.

"Karena aku mau." jawabku tak acuh karena aku sedang fokus bermain.

Haha. Fokus. Bermain.

Laki-laki itu terdiam sebentar, lalu menatap kartuku di bawah bantal, dan berkata,

"Dua lembar kartu dengan plus dua dan dua lembar kartu wild,"

Membocorkan isi kartuku yang kurahasiakan.

Aku memutar kepalaku ke arahnya, melontarkan senyuman yang bermaksud 'Sialan, kau melakukan sesuatu yang buruk tapi aku tidak bisa marah jadi aku hanya tersenyum padamu, senyum yang bukan senyum,'

Dia membalas dengan senyuman konyol, menunjukkan giginya, lebih ke cengiran daripada senyuman, kurasa, lalu beranjak dan menghampiri teman-teman perempuan dan laki-lakinya.

Hudson Tremblay, seorang Ravenclaw, seorang beater dalam tim quidditchnya, dan seorang siswa laki-laki bertubuh jangkung dengan banyak jerawat di wajahnya.

Percayalah padaku, tubuhnya sangat jangkung, dia bahkan lebih tinggi dariku, sementara Draco hanya beberapa senti lebih tinggi. Berdiri di dekat Hudson membuatku merasa kecil.

Hudson terpilih sebagai kapten asrama, karena tampaknya dialah yang paling bertanggung jawab di antara 6 dari siswa laki-laki disini. Dan sejauh ini aku setuju dengan pendapat tersebut, Hudsonlah yang paling bertanggung jawab.

That Unwanted Feeling (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang