Dua hari lagi aku akan meninggalkan apartemen bersejarah ini, well, hanya selama dua bulan. Dan dalam perjalanan menuju ke pasar untuk membeli beberapa gulung perkamen, aku melihat toko kelontong, tertarik untuk memasak sesuatu sebelum pergi, dan berakhir dengan bahan brownies. Ya, aku akan membuat brownies. Kalau gagal, maka aku akan mencoba lagi setelah pulang dua bulan kemudian. Kalau berhasil, aku masih akan mencoba lagi setelah pulang dua bulan kemudian. Kau tahu, improvisasi.
Aku segera pulang, meletakkan semua barang ke tempatnya, dan mulai mengolah bahan-bahan brownies tadi.
Tak berapa lama setelah brownies keluar dari oven, aku memotong secuil brownies seukuran satu gigit, mencicipinya, dan kini tersenyum bangga karena kurasa aku tidak gagal, meski rasanya bukanlah yang paling enak, tapi kurasa tidak buruk juga.
Kini aku memotong bongkahan petak brownies dan melahapnya lagi. Lalu aku teringat akan Draco. Dia harus mencicipi ini, lagipula aku merasa berhutang dengannya karena memberiku pizza dan kue waktu itu. Juga, kau tahu kata orang, salah satu cara mencuri hati seorang pria adalah dengan mengisi perutnya.
Maksudku, siapa tahu saja.
Aku memotong hampir setengah dari browniesku, meletakkannya di piring, dan pergi ke apartemen Draco. Namun saat aku baru membuka pintu, kulihat dia baru menutup pintu, mungkin hendak pergi ke suatu tempat. Saat dia berbalik, kami melakukan kontak mata.
"Mau kemana?" tanyaku.
"Kau?"
Aku menunjukkan sepiring brownies itu padanya.
"Untukku?" dia menunjuk dirinya sendiri.
Aku mengangguk.
"Aku juga tadinya hendak ke apartemenmu," kata Draco sambil mengangkat sekotak plastik.
Wah kebetulan sekali.
"Apa? Kau membuat brownies juga?" aku menyipitkan mataku lalu membuka kembali pintu.
"Kupikir aku harus mulai belajar memasak, dan tebak apa?" katanya mengikuti jalanku menuju dapur, "Gila, apartemenmu harum sekali! Biar kuramal, kau pasti baru saja selesai memasak," kami duduk di meja dapur.
"Pada dasarnya, aku barusaja dari luar, tapi, ya, baiklah," aku meletakkan piring brownies tadi.
"Oh iya, tebak apa?" tanyanya lagi.
"Apa?"
"Tebak,"
Aku berpura-pura berpikir sebelum berkata, "Kau membeli kue keberuntungan untuk makan siang?"
"Tidak, bodoh!"
"Jadi apa, bodoh?"
"Aku berhasil membuat mac n cheese!" Draco membuka kotak makanannya, "Tada!"
"Oh, kau serius?" tanyaku yang disambut dengan anggukan kecil dan senyum lebar. "Aku bangga sekali padamu,"
Sebenarnya aku juga bisa membuatnya, jangan salah. Tapi Draco sudah berusaha, dan dia memberikan masakannya padaku, sesuatu yang belum pernah kuduga.
"Cobalah," dia menyodorkan kotaknya.
"Kau juga," aku menyodorkan browniesku lalu meletakkan pisau di dekatnya.
"Kita makan mac n cheese-ku, setelah itu baru browniesmu!" serunya.
"Tidak masalah," kataku, terpaku pada fakta bahwa dia memakan makanan yang dibawakannya untukku di apartemenku sendiri, tetap saja, tidak masalah.
Aku membuka salah satu laci untuk mengambil sendok dan garpu. Memberikan Draco, dan menyendok sedikit masakannya itu.
"Oke, sejujurnya, mac n cheese-mu tidak buruk juga, kau cukup berbakat, Mr. Malfoy,"
KAMU SEDANG MEMBACA
That Unwanted Feeling (Completed)
Hayran KurguShe wants to move But she just doesn't know how. . Bagaimana perasaanmu kalau kau mencintai seseorang tapi kau terlalu segan untuk mengakuinya bahkan kepada dirimu sendiri? Begitulah perasaanku. Kata siapa aku menginginkan perasaan ini? . "You...