dia memperhatikan

395 48 7
                                    


Aku mengambil foto Draco yang tertidur secara diam-diam sebelum mengambil terompet yang tergeletak di telapak tangannya. Kutiup terompet itu di dekat telinganya. Wajahnya sedikit tersentak, namun kelopak matanya baru terbuka tiga detik setelah itu.

"Kejutan! Selamat datang kembali, Draco!" seruku, menyelipkan sedikit sarkasme ke dalam kata-kataku.

Draco mengusap wajahnya sebelum sepenuhnya sadar.

"Oh, tuhan, Mione," katanya bergumam.

"Mione? MIONE!" dia langsung melompat kaget melihatku.

"Hai?" aku melambaikan tanganku.

Dia melihat terompet di tanganku, "Mengapa kau yang meniup ini? Kembalikan!" dan merampasnya. "Ini seharusnya tugasku, bodoh!"

Lalu dia meniup terompet itu, "SELAMAT DATANG, MIONE!"

"Kau tahu kalau terompet itu bekas mulutku,'kan?" tanyaku.

"Terserah, sekarang berpura-puralah terkejut, Mione,"

"Baiklah, um, Oh! Aku terkejut! Kau sangat manis, Draco, terima kasih banyak!" lagi, sarkasme.

"Rencanaku gagal!" Draco terduduk di sofaku, bersikap dramatis.

"Tidak apa-apa, Draco, malam ini belum berakhir, ayolah, aku yakin kau masih punya kejutan lain untukku, misalnya, mac n cheese buatanmu yang kini sudah dingin,"

"Berhenti terus-terusan membuatku merasa gagal!" Draco menatapku sinis.

Aku tertawa meilhat responnya namun tiba-tiba eskpresinya berubah cerah.

"Mungkin ada satu lagi yang belum kau ketahui." Draco merogoh bagian sofa yang disandarinya, mengeluarkan setangkai bunga yang sudah penyet. Dia menyengir lebar melihat kondisi bunga tersebut yang sangat mengenaskan.

"Terima kasih," kataku, tulus.

"Setidaknya kau tidak tahu tentang ini," ujarnya.

Aku duduk dan menyandarkan diri di sebelahnya, menatap kipas angin di langit-langit, melepas lelah. "Senangnya kembali pulang,"

Draco ikut menatap atas, kami diam selama beberapa saat, dan dia memecah keheningan.

"Hei, hei, apa kau lapar?"

Aku sedang memikirkan cara memberitahunya bahwa aku baru saja makan bersama Elle dan aku sangat kenyang, namun Draco menyela, "Ayo kita makan!"

Draco menghilang dan kembali dengan mac n cheese yang tadi tergeletak di atas meja dapur dan dua pasang sendok garpu. Aku tidak bisa menolaknya, jadi kami menghabiskan mac n cheese malam itu sambil bercerita tentang hal yang kami berdua lewatkan dalam kehidupan masing-masing.

Malam itu, aku jatuh cinta lagi.

Malam itu, aku tidak merasa lelah.

Malam itu,

Aku tidak ingin malam itu berakhir.

Kami berdua tertidur diatas sofa, tertidur saat menatap langit-langit sambil bercerita. Tertidur saat bulan memandangi kami di atas sana melalui jendela apartemenku.

Aku terbangun dengan selimut di tubuhku, bersandar di bahu Draco.

.

Hari Minggu itu, aku terbangun pagi sekali, melakukan aktivitas pagiku. Pada pukul 9 pagi, saat aku tengah mengganti chanel TV, mencari tontonan yang kusuka, seseorang mengetuk pintu apartemenku dengan ritme yang kukenal. Seseorang yang kuyakini tetanggaku sendiri. Tentu saja itu dia.

"Layanan kamar!" serunya membawa sepiring asupan wajibku, mac n cheese.

"Untukku?" tanyaku.

"Tidak, aku hanya datang untuk menumpang menghabiskan sarapanku." Draco menerobos masuk dan melompat duduk di atas sofaku. "Kartun, jelek. Chanel nomor 9 menayangkan film horror," dan dia mengganti tontonanku.

That Unwanted Feeling (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang