lima tahun? tujuh tahun? sepuluh tahun kedepan?

969 57 43
                                    

Pagi selanjutnya berjalan seperti biasa, seakan-akan tidak ada yang terjadi. Seakan-akan malam itu tidak pernah ada, bibir kami tidak pernah bertemu. Dan jujur, susah bagiku untuk bertingkah seperti itu. Draco terbangun bertanya apa yang terjadi semalam dan aku tidak bisa tidak memancingnya untuk bertanya balik, "Bagaimana kau mengingatnya?"

Draco tidak mengungkit kata ciuman selain ciuman Jac dan pacarnya. Aku tidak tahu bagaimana harus bereaksi akan hal ini. Mungkin aku harusnya senang karena dia tidak mengingatnya, mungkin pula aku harus sedih juga karena dia tidak meningatnya. Entahlah, semuanya bercampur aduk, aku tidak yakin apa aku bisa menjalani hari ini dengan normal atau tidak. Untungnya Draco pulang ke apartemennya ketika hampir tengah hari sebab dia bilang dia harus berbenah dan dia merasa membutuhkan tidur siang yang cukup. Bukannya aku tidak menginginkan kehadirannya, hanya saja, aku tidak bisa menutupi kenyataan bahwa-kau tahu-ya, itu. Aku menghabiskan seharian itu-yang untungnya sedang akhir pekan sehingga aku bebas dari pekerjaan-mencoba menjernihkan pikiranku. Walaupun kenyataannya aku terus-terusan memikirkan malam itu dan bagaimana hanya aku yang mengingatnya. Terbayang perasaanku yang bercampuk aduk pada malam itu. Perutku mual.

Sekedar informasi, aku baru bisa cukup pulih seminggu setelahnya, malam film minggu itu sangat canggung bagiku. Draco bertanya ada apa denganku karena aku bersikap aneh, dan kau bisa tebak, ya, aku mengumpat dalam hatiku. Dia pikir saja sendiri kenapa.

.

Malam ini, Draco mengajakku pergi ke klub yang baru dibuka dekat apartemen kami, dia bilang kenapa tidak coba? Dan seperti biasa aku akan mengiyakan.

Jadi itulah alasanku disini, duduk di meja bundar kecil berhadapan dengan Draco, berharap dia juga akan terganggu dengan bising-bising ini dan mengajakku keluar.

Peristiwa malam itu sudah cukup lama berlalu, Lucas akan pulang 4 hari lagi, dia sudah mengabariku.

"Kau lihat wanita itu?" Draco setengah berteriak.

"Yang mana?"

Draco mengarahkan dengan dagunya.

"Perempuan yang sedang duduk sendirian itu?" Tanyaku.

"Persis."

"Yang di bar? Gaun biru sutra?" Aku mencoba memastikan.

"Ya, rambut coklat almond," Jawabnya.

"Ada apa dengannya?"

"Aku akan mengencaninya,"

"Uh huh?" Tanyaku, meragukan kata-katanya.

"Apa? Kau tidak percaya?"

"Bukannya seperti itu, Drac, hanya saja, aku mengenalmu, dan aku tahu kau tidak akan bisa mengencaninya semudah itu,"

"Apa maksud perkataanmu barusan?" Tanyanya, tersinggung.

"Tidak ada," Kataku, mengangkat kedua bahu sambil melihat ke arah lain.

"Oh aku akan buktikan kau salah, Mione," Draco menengguk minumannya dan berdiri.

"Silahkan,"

Aku bisa menebak dia akan berbalik sebelum sampai di bar.

"Satu," Aku mulai menghitung.

"Dua," Dan-

"Tiga," Ini dia.

"Aku tidak bisa, kau tahu aku tidak bisa,"

Yap. Tertebak.

Draco duduk kembali dan tersenyum ke arahku, aku tahu apa maunya.

"Tolong?" Tanyanya.

"Ugh," Gerutuku sebelum berdiri dan berjalan ke bar. Aku menarik kursi di sebelah wanita tersebut.

That Unwanted Feeling (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang