Hari ini aku memutuskan untuk memasak sesuatu yang spesial dan mengunjungi apartemen Draco, setelah dipikir-pikir, aku tidak pernah mengunjunginya.
Jadi aku memanggang stik iga. Setelah selesai, aku membersihkan diri dan membawa dua piring makanan tersebut sebelum mereka dingin.
Agak susah bagiku untuk membuka dan menutup pintu apartemenku, aku harus meletakkan satu piring di lantai dan mengambilnya lagi. Di depan pintu Draco, aku menendang-nendang karena merasa malas untuk meletakkan piring.
"Draco!"
Belum sempat aku meneriaki namanya untuk kali kedua, Draco sudah membuka pintu. Dia masih mengenakan piyama dan sedang menggenggam remot TVnya.
Aku mengangkat kedua piring sambil tersenyum.
"Makan malam untuk makan siang?" Tanyanya.
"Kalau kau tidak mau biar aku yang habiskan," Aku berbalik.
"Eh, tidak, tidak, masuklah, Mione, ayolah, haruskah aku berbasa basi denganmu seperti kau berbasa basi dengan orang asing waktu itu?" Cetusnya sambil duduk kembali di sofanya.
Aku mengikutinya.
"Siapa yang kau bicarakan?"
"Tidak ada,"
Aku tidak terlalu memikirkan itu.
Draco memindahkan chanel TV, tidak menemukan satupun yang cocok.
"Kita harusnya makan siang dulu, Drac,"
"Nanti saja, menonton harus didahulukan,"
"Tapi nanti makanannya dingin,"
Draco terdiam.
"Kau benar juga, lagipula tidak ada tontonan yang bagus,"
Dia berdiri dan diam melihatku.
"Kenapa kau diam saja?" Tanyanya.
"Aku tidak tahu dimana ruang makanmu,"
Draco menepuk jidatnya.
"Maaf, aku lupa," Dia mengambil kedua piring di tanganku dan berjalan, aku hanya mengikuti.
Dia meletakkan piringnya di atas meja dapur, menarik tanganku.
"Kau harus mendapatkan tur apartemen,"
Draco membawaku berkeliling apartemennya.
"Ini, kau sudah lihat, ruang tengah,"
"Ini kamarku, kau tidak perlu lihat isinya,"
"Ini kamar mandi,"
Dan masih banyak lagi.
"Selesai, ayo makan!"
"Akhirnya,"
"Aku tidak membeli meja makan, jadi aku makan di meja dapur."
Kami makan di meja dapur, tentu saja.
"Kau tidak pernah bilang kau ahli memasak stik iga!" Seru Draco.
Seperti biasa, hari bersama Draco selalu menyenangkan.
.
Minggu-minggu selanjutnya berjalan normal, Draco kadang datang untuk bermain dan terkadang aku yang mengunjunginya. Malam film tidak pernah terlewatkan. Bahkan saat kami memutuskan untuk menonton film horor, Draco menjadi takut untuk pulang ke apartemennya pada jam dua belas malam, jadi kami tertidur di sofa ketika sedang membicarakan tentang semua hal, mulai dari mimpi, lagu favorit, hal yang paling ditakutkan, semuanya kami bicarakan malam itu. Dari yang paling mendalam seperti bagaimana rasanya saat perang Hogwarts waktu itu, sampai ke hal yang paling tidak penting sekalipun, seperti jika aku bisa berreinkarnasi menjadi hewan magis, maka aku memilih untuk menjadi apa, jelas sekali karena namanya Draco, dia memilih untuk menjadi naga.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Unwanted Feeling (Completed)
FanfictionShe wants to move But she just doesn't know how. . Bagaimana perasaanmu kalau kau mencintai seseorang tapi kau terlalu segan untuk mengakuinya bahkan kepada dirimu sendiri? Begitulah perasaanku. Kata siapa aku menginginkan perasaan ini? . "You...