logika

522 76 1
                                    

Ini sehari setelah aku berusaha mengingatkan Draco bahwa hari kelahirannya sudah dekat, dan aku masih tidak sabar menunggu ulang tahunnya.

Aku tidak berniat memberikannya kado apapun, atau memberinya kejutan apapun, atau merencanakan semacam perjalanan rahasia menuju ruang rahasia, hanya saja, ada sesuatu dalam diriku yang membuatku merasa tidak sabar.

.

Aku berjalan bersama teman-teman perempuanku, saat aku berpapasan dengan Hester dan temannya di jalan, aku menyadari kehadirannya dan tersenyum seraya melambaikan tangan dan meneriaki kata 'hai!' ketika kami hanya berjarak beberapa meter.

Hester yang sedang melamun langsung tersadar dan menampilkan wajah yang menggambarkan oh! Aku baru saja mengingat suatu hal yang harus kau tau!

Dia menarikku mendekatinya sambil berteriak-berbisik, berkata,

"Hermione! Mione!"

Aku tertarik oleh Hester dan otomatis menjauhi teman-temanku yang terus berjalan pelan, tidak apa, aku bisa menyusul mereka.

"Apa?" tanyaku agak berbisik.

"Kau tahu tidak..." ocehnya tidak lagi berbisik namun kembali berbisik dan mendekatkan bibirnya ke telingaku ketika berkata,

"...Draco memintaku untuk menjadi pacarnya lagii!"

Kabar bagus.

Tunggu-

-lagi?

Lagi?

Oh, terserah, aku hanya perlu menjadi seorang pengkhianat lagi.

"OH TUHAN!" Seruku menutup mulut dengan kedua tangan, berusaha sangat keras untuk terlihat sebahagia mungkin.

"Benarkahh?" tanyaku.

"Iyaaaa," jawab Hester sambil mengangguk-angguk kecil.

"Oh, Hester,"

"Kapan?" tanyaku lagi.

"Beberapa hari yang lalu!"

"Selamat, wahai nyonya muda!" seruku mencairkan emosi dalam diriku sendiri.

Hester tersenyum dengan sangat lebar.

"Oke aku akan menyusul teman-temanku, selamat tinggal!" Kataku sambil melambaikan tangan dan berlari menyusul teman-temanku.

Di malam hari, barulah aku tersadar, bahwa aku tidak menanyakan pertanyaan yang bisa dianggap paling penting kepada Hester:

"Apa jawabannya?"

Apa dia menjawab iya, atau dia menolaknya?

Tapi tidak apa.

Karena sebenarnya rasanya memang menyakitkan, tapi rasa sakit itu tidak menetap untuk waktu yang lama, tentu hanya karena dua alasan (sepertinya):

1. Karena aku (mungkin) sudah mulai berpaling darinya, atau alasan kedua dan yang paling memprihatinkan,

2. Karena aku sudah terbiasa.

Dan aku masih belum bisa memutuskan alasan mana yang membuatku tidak terjerat terlalu jauh dalam rasa sakit yang menyayat ini, namun sebagian besar dariku berpikir alasan kedualah yang benar, karena aku sudah terbiasa. Tapi, kita tidak tahu, benar 'kan?

.

Aku dan teman-teman pertukaran pelajarku sedang berdiri di dekat pohon di pinggir danau hanya untuk sekedar berbicara, menghirup udara segar, mencium bau rumput, dan merasakan panas matahari yang sedang ramah, tidak menyengat kulit.

That Unwanted Feeling (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang