Bab 2

295 22 15
                                    

Buk!

Suara buku berdebam. Debu-debu beterbangan seketika. Lead spontan menutup hidungnya. Baiklah, ia akui, ia punya asma, jadi ia tak bisa tahan bila bertemu dengan debu. Daya tahan tubuhnya juga rendah.

"Dokumen OSIS SMA Nusa Jaya dari awal berdiri sampai sekarang," Bahar menunjuk sebelum melanjutkan, "sebenarnya cuma data diri Tim Inti Besar dari tahun ke tahun. Dan, khusus untuk kamu," Bahar meletakkan sebuah buku tebal, "karya salah seorang mantan Ketua Koordinator OSIS Bidang Agama Kristen angkatan 80-an. Sekarang beliau sudah menjadi pendeta dan pemilik yayasan. Saya tidak tahu apa isinya, saya hanya ingin kamu membaca ini semua. Saya beri waktu satu minggu mulai detik ini. Minggu depan, saya akan tes kamu."

"Bagaimana Anda mau memberikan tes pada saya? Anda 'kan bukan..."

"Saya tidak bekerja sendirian," Bahar memotong ucapan Lead, "kamu akan tahu nanti bersama siapa saya bekerja. Semoga kamu tidak terkejut," lanjutnya.

Lead mengedutkan mata. Baiklah! Satu kata untuk pria ini: Aneh!

"Sekarang, silakan kamu keluar," Bahar menunjuk pintu keluar.

"Terima kasih, Kak." Lead membungkuk hormat sebelum akhirnya pergi.

"Ibu Cantika memang jarang sekali salah memilih," gumam Bahar ketika Lead pergi dengan dua puluh dokumen plus satu buah buku setebal lima ratus halaman.

***

"Kamu disuruh baca dokumen sebanyak ini?!" seru Yasfa, teman baru Lead.

Lead mengangguk.

"Are you kidding us?" Anida, teman barunya yang lain, ikut menimbrung.

"Anida, can't you see my serious face?" ucap Lead.

"It's crazy! Setahuku, tes OSIS itu nggak kayak begini amat!" ucap Yasfa.

"So? Emangnya seleksi OSIS dulu kayak gimana?" tanya Lead. Matanya membulat.

Dua teman baru yang Lead dapatkan dalam seminggu terakhir ini -- Yasfa Al-Dhiya dan Anida Aldina -- juga adalah calon anggota OSIS. Si cerewet, Yasfa, adalah Ketua Koordinator OSIS Bidang Karya Ilmiah Remaja. Sedangkan Anida adalah Ketua Koordinator OSIS Bidang Sastra.

"Yah... Cuma tes tertulis dan tes lisan. Tes abal-abal. Eh! Sekarang! Lu yang direkomendasiin sendiri oleh Bu Cantika, malah dites habis-habisan," sahut Anida.

"Well," Lead mengangguk-angguk, "I don't know why our senior, Bahar, did it. Yang jelas, aku udah bilang ke Kak Bahar, kalau dia perlu bukti, selain daripada nilai-nilaiku di sekolah formal dan Sekolah Alkitab di London, dia bisa tes aku," ucap Lead.

"Tapi, dua puluh dokumen?!" Yasfa berseru.

"Satu kata untuk Kak Bahar," ucap Anida.

"Gila!" Keduanya berseru bersama.

Lead terkekeh.

***

"Halo, Ma!"

"Lead, Mama kangen banget sama kamu," suara wanita setengah abad di seberang sana terdengar cemas.

"Ya ampun, Mama! Baru juga seminggu, masa udah kangen aja?"

"Namanya juga ibu, ya, pasti kangenlah sama anaknya. Kamu apa kabar di sana?"

OSIS? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang