"Eh, Lead?" Aku menoleh mendengar sapaan itu dan mendapatkan Dokter Audrey yang berdiri di depan kamarku. "Tumben liburan gini udah bangun pagi, udah rapi pula. Mau kemana?"
"Memangnya nggak boleh kalo liburan bangun pagi-pagi?" Aku balas bertanya.
"Ya... Bukan gitu juga maksudnya." Dokter Audrey menggaruk tengkuk.
"Saya mau pergi ke rumah teman." Aku menjawab pertanyaan Dokter Audrey sambil mengambil hoodie-ku, lantas mengenakannya.
"Teman yang mana? Anggy? Atau Suci? Atau temen kamu yang ganteng itu?" Dokter Audrey menggodaku dengan pertanyaan terakhir.
"Bukan satu pun dari mereka," sahutku tanpa menanggapi godaan Dokter Audrey, lantas dengan santai berlalu keluar kamar melewatinya yang masih berdiri di depan pintu kamarku.
"Jangan bilang kamu mau jenguk adik kelas kamu yang hamil itu?" Aku menghentikan langkahku mendengar tebakan Dokter Audrey yang kali ini.
"Dokter Audrey tahu dari mana? Saya rasanya nggak ada cerita sama Dokter."
"Ya... Kamu memang nggak ada cerita, tapi aku 'kan bisa nebak-nebak dari pembicaraan kamu dengan Cantika dan Jemmy." Dokter Audrey menjawab sambil melangkah menyusulku. "Bukannya kamu sudah dilarang ikut campur masalah ini, ya, sama Cantika dan Jemmy?"
Aku terdiam mendengar kalimat ipar tanteku itu. Mampus aku! Sekarang, Dokter Audrey pasti akan melapor pada Tante Ika dan Om Jemmy.
"Tapi, menurut aku, nih, ya, Lead, aku sendiri setuju dan nggak masalah kalau kamu nge-support adik kelas kamu itu. Apalagi, aku denger-denger, adik kelas kamu itu dikeluarin 'kan dari sekolah?"
Wah! Gila! Aku bergumam dalam hati. Apa sebegitu keponya Dokter Audrey akan masalah ini sampai-sampai dia tahu bahwa Putri sudah dikeluarkan dari sekolah? "Dokter Audrey tahu dari mana?" tanyaku.
"Nggak penting aku tahu darimana. Yang penting, kalau kamu mau pergi, lebih baik kamu pergi sekarang. Mumpung om sama tante kamu lagi pergi. Dan, kalau bisa, kamu pulang sebelum jam sebelas siang, ya, supaya nggak ketahuan sama mereka. Kalaupun nggak bisa, bawain martabak manislah paling nggak."
"Buat apa?"
"Buat bikin alasan. Aku bisa bilang kalau kamu pamit pergi buat beli martabak manis. Ya 'kan?"
"Tunggu. Maksudnya, Dokter Audrey nggak ngelarang saya pergi?"
"Ya nggaklah! Kamu 'kan tahu? Aku nggak suka ngelarang orang yang mau berbuat baik ke orang lain. Udah! Buruan sana! Hati-hati, ya. Kalau ada masalah apa-apa, kita berdua yang bakal kena batunya."
"Makasih, Dok!" Aku berucap senang, berlari keluar.
"Oh, ya, Lead!" Aku menoleh di depan pintu. "Jangan lupa sampaikan salamku ke dia, ya! Bilangin, tetap semangat dan jangan salahin diri sendiri." Aku tersenyum mendengar kalimat itu, mengangguk, lantas kembali berlari keluar menuju mobilku.
***
Aku tidak pernah menduga akan separah ini jadinya. "Kak Putri depresi sejak dikeluarkan dari sekolah." Gadis SMP di hadapanku bercerita. Matanya tidak menatapku, tetapi menatap kakaknya yang duduk dengan mata menerawang di atas kasurnya. "Dia mendapat tekanan dari berbagai arah. Setelah dinyatakan hamil dan dikeluarkan dari sekolah, dia mendadak berubah menjadi bahan pergunjingan harian ibu-ibu komplek. Ibu memang nggak pernah mengeluh di depan Kak Putri, tapi melihat wajah sedih ibu, dia pasti bisa menebak sendiri 'kan?
"Sikap ayah juga semakin menekan Kak Putri. Ayah jadi sering pergi. Pulang ke rumah pun hanya untuk marah. Ayah juga jadi bersikap kasar pada Kak Putri, berulang kali mencoba menyiksanya dengan sasaran selalu perut. Saya dan ibu yang selalu melindungi dia. Saya nggak ngerti gimana cara menghibur Kak Putri. Dia benar-benar tertekan, berhari-hari tidak mau makan. Dia bahkan pernah sekali mencoba melukai ibu yang mencoba berbicara dengannya dan itu kembali membuat dia dihajar oleh ayah." Adik Putri menatapku. "Semoga kakak bisa berbicara dengan dia. Saya akan ada di sini, berjaga-jaga kalau Kak Putri mencoba melukai kakak."

KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS? [Completed]
Fiksi Remaja"Waktu kecil, aku sering melihat beberapa ikan sardin berekor panjang, berwarna keemasan, berenang di angkasa malam, lalu secara tiba-tiba satu per satu mereka melesat jatuh dengan cahaya menyembur dari mulut mereka" *** Ini hanya sebuah kisah, tent...