Bab 10

64 7 0
                                    

PING!

Lead membuka telepon genggamnya. Pesan WhatsApp dari Grup OSIS.

"Seriusan, Tan, dua minggu sekali?!" Lead spontan berseru, melompat dari ranjangnya lantas melangkah ke luar kamarnya.

Cantika yang kebetulan lewat di depan kamar Lead hanya menoleh sembari tersenyum demi merespon tingkah spontan keponakannya itu. Ia mengantongi ponselnya. "Sudah diberitahu di grup 'kan?" ucapnya. Ia melanjutkan langkahnya menuruni tangga.

"Tapi, buat apa?" Lead mengernyit, kakinya bergerak menyusul langkah Cantika. Wanita itu tak menjawab. Hingga akhirnya di bawah tangga, ia berbalik dengan anggunnya.

"Bukan untuk apa-apa," senyumnya, lantas kembali melangkah.

"Maksudnya?" Lead semakin mengernyit heran. Ia mengikuti tantenya itu. Wanita cantik itu bukannya menoleh, alih-alih mengambil gelas lantas menuangkan air ke dalamnya. Ia kemudian meneguk air tersebut.

"Maksudnya, ya bukan untuk apa-apa," Cantika tersenyum sejenak, menatap Lead, "OSIS itu organisasi, Queen. Dan organisasi tidak perlu alasan untuk hal seperti ini. Satu-satunya tujuannya hanyalah membangun komunikasi seluruh anggota agar tidak ada kesalahpahaman."

Diam.

"Sudah? Itu saja?" tanya Lead lagi.

"Yah... Memang hanya itu," angguk Cantika. "Kalau kamu memang pengen tahu, tanyain aja ke Ibu Cantika, jangan ke Tante Ika," guraunya lagi.

"Tante Ika, I'm serious!"

"I know it and I'm serious too," Cantika menepuk pipi Lead, "nggak ada ruginya juga 'kan, Queen? Lagian, bentar lagi 'kan HUT SMA. Kita harus mulai siap-siap 'kan?"

"Siap-siap ngapain?"

"Yah... Pokoknya siap-siap aja."

Lead manyun sejenak membuat Cantika tertawa.

"Udah, nggak usah dipikir segitunya. Lanjut belajar aja dulu sana, gih! Dan, oh, ya! Pertemuan dua minggu sekali itu cuma yang rutin. Nggak nutup kemungkinan kalo tetap ada yang dadakan. Jadi, nikmatin aja, ya?" ucap Cantika lagi lantas mengecup kening Lead sebelum akhirnya pergi sembari membawa gelasnya, meninggalkan Lead sendirian.

***

"Yang bener aja tante lu, Lead! Masa dua minggu sekali OSIS ketemuan?" ucap Rizqy kesal.

"Yah... Mana aku tahu? Aku udah bilang 'kan? Aku udah nanya, dan Tante Ika jawabnya gitu," sahut Lead.

Rizqy berdecak kesal.

Kelas itu sepi. Di dalamnya hanya tinggal Denni, Taufik, Rizqy, Oktav, Lead, Anida, dan Yasfa yang sama-sama menjadi Pengurus OSIS. Tak usah ditanya apa yang tengah mereka bahas. Mereka hanya tengah kesal saat ini.

"Lu nggak bisa coba negosiasi sama tante lu, Lead?" tanya Denni.

"Eh, busyet! Keren bener bahasa lu, Den! Negosiasi! Lu kata jual beli apa?!" seru Anida.

"Bodo amatlah! Pokoknya ngebujuklah!" ucap Denni lagi.

"I tried it, guys. Tapi, Tante Ika malah bilangnya kalo yang ngebikin kebijakan ini Ibu Cantika, bukan Tante Ika. Entahlah! Tanteku emang suka gitu. Sulit dimengerti," jawab Lead, "lagian, kalian kenapa, sih, kayaknya nggak suka banget sama program ini?" tanyanya lagi.

"Bukan masalah suka atau nggak, Lead. Kita 'kan udah banyak tugas sekolah, belum lagi les sana-sini. Kalau ditambah dengan rapat nggak jelas gini, beban kita jadinya nambah. Iya kalau hasilnya jelas. Kalau hasilnya nggak ada? 'Kan sama aja bohong?" jelas Denni.

OSIS? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang