"Anggota baru? Tapi, Anda belum beritahu saya, Kak! Dan, anak baru?!" Dimas Anugrahnu berseru sambil menatap Bahar tak percaya.
"Dimas Anugrahnu, kamu itu masih calon Ketua OSIS periode mendatang. Belum diresmikan. Dalam artian, jabatan saya masih belum mati sampai sekarang dan saya masih bisa mengambil keputusan. Lagipula, tes yang saya berikan jelas membuktikan bahwa dia pantas masuk ke organisasi OSIS," sahut Bahar.
Rahang Dimas mengeras.
"Soal kecerdasan, jangan diragukan. Dia cerdas dan berbakat, terlebih di Bidang Keagamaan yang kebetulan sekali lowong. Saya sudah tes kemampuan komunikasi dan sikap sosialnya. Hasilnya? Dia bahkan jauh lebih baik dari kamu," Bahar menatap Dimas.
"Apa maksud Anda?"
"Maksud saya ada dua, Dimas. Pertama, saya menyesal sempat meragukan kemampuannya. Kedua, saya menyesal, kenapa dia harus datang setelah kamu terpilih menjadi Ketua OSIS."
Rahang Dimas makin mengeras. Wajahnya berubah merah macam kepiting rebus akibat menahan emosi. Ucapan Bahar bagai umpan yang geregetan hendak diterkamnya. Jika tak pandai tahan diri, bisa jadi tangannya ini melayang ke wajah pria berambut agak ikal tersebut.
"Saya tidak ingin membuat masalah dengan kamu, Dimas. Saya hanya ingin kamu menerima dia baik-baik," Bahar berucap serius.
"Kenapa? Karena dia keponakan Ibu Cantika, guru muda pembimbing OSIS itu?" Dimas berucap sinis. Rahangnya terus bertambah keras, menahan emosi.
"Dimas, Dimas," Bahar tertawa miring. "Kamu itu terlalu naif, terlalu mudah emosi. Persis orang yang sedang sakau."
Wajah Dimas mendadak gugup.
"Kendalikan emosimu, Dimas, kalau kamu tidak mau dianggap rendahan," sambung Bahar.
Tapi, sepertinya kata-kata Bahar tak berguna.
Dimas langsung bangkit berdiri, meninggalkan Bahar di ruangan itu tanpa basa-basi.
Bahar mengembuskan nafas pelan. Mungkin memang dia yang salah pilih.
"Queenzea Priscilia Leaderyan. Aku harus mulai hati-hati sekarang," gumam Dimas.
***
Cantika menatap haru gadis di hadapannya sekarang.
Lead, dalam balutan kemeja dan rok putih.
"You're so beautiful, my Queen," ucapnya.
Lead berbalik, menatap cermin. "Are you sure?" tanyanya pada Cantika.
"Yes, of course!" Cantika memutar tubuh Lead, menghadap dirinya. "Hari ini adalah pelantikan OSIS, dan mulai hari ini, kamu dan teman-temanmu sama-sama mempunyai tanggung jawab. Dengan menjadi anggota OSIS, kamu bukan hanya menjadi keponakan dan siswa Tante, tapi juga rekan kerja." Cantika mengelus lembut pipi Lead, "meskipun hanya Tim Inti Besar, Tante harap kamu nggak berkecil hati. Seorang kapten tidak ada artinya tanpa tim. Dia hanya seorang individu yang bekerja sendiri. Ingat, Queen! Satu tim lebih berguna daripada seribu individu. Mengerti maksud Tante 'kan?"
Lead memegang tangan Cantika yang masih mengelus pipinya, kemudian mengangguk, "sure. Tante Ika nggak perlu khawatir. Aku akan lakukan tugasku dengan baik. Aku tidak akan pernah mengecewakan Tante. I'm promise."
Cantika tersenyum bangga, lantas mengecup kening Lead.
"Di sini kalian ternyata!" Suara Jemmy yang khas membuat keduanya menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS? [Completed]
Fiksi Remaja"Waktu kecil, aku sering melihat beberapa ikan sardin berekor panjang, berwarna keemasan, berenang di angkasa malam, lalu secara tiba-tiba satu per satu mereka melesat jatuh dengan cahaya menyembur dari mulut mereka" *** Ini hanya sebuah kisah, tent...