PING!
"Hai!"
"Halo!" Lead membalas pesan singkat dari Anggy.
"Maaf ganggu waktu kamu. Bisa minta tolong, nggak?"
"Boleh! Minta tolong apa?"
"Besok 'kan persiapan akhir buat Pentas Seni, kamu bisa 'kan bantu ngedekor tempat Pentas?"
"Bisa. Ada barang yang perlu dibeli lagi, nggak? Kalau ada, mungkin aku bisa bantu beli juga."
"Ah, nggak usah. Semua bahannya udah ada, kok. Aku cuma perlu bantuan buat ngedekor aja. Soalnya William sama Alin nyiapin properti. Nggak mungkin 'kan aku ngehias berdua doang sama Maul?"
"Iya juga, ya. Oh, ya! Ngomong-ngomong, aku boleh ngajak Suci juga, nggak? 'Kan semakin banyak orang, semakin cepat selesai."
"Boleh! Makasih banyak, ya, Lead, bantuannya."
"Sama-sama." Lead mengetik lincah lantas kembali meletakkan ponselnya.
***
Anggy menatap refleksi di hadapannya.
Seorang gadis pucat bermata sayu. Rambut gadis itu terurai. Nampaknya, sudah sedari tadi ia melepas kain pembungkus ujudnya. Tak begitu sumbut cocok memang kala wajahnya yang manis dirusak oleh mata sayu dan kulit pucatnya.
Anggy menapakkan tangan di cermin.
"Ah, refleksi, mau sampai kapan begini terus?" gumamnya.
***
"Hai, Anggy!" sapa Lead.
"Hai, Lead!" Anggy menyahut sembari tersenyum manis.
"Assalamualaikum," Suci ikut menyapa.
"Wa'alaikumsalam. Eh? Kamu Suci 'kan? Pemain bells di Marching Band sekolah?"
"Kamu pasti Anggy. Color Guard dan dancer andalan sekolah."
"Wait a minute! Kalian satu ekstrakurikuler, tapi baru pertama kali ngobrol? Are you kidding me?!" seru Lead.
"We're not kidding, Lead! Emangnya, kamu pikir, yang ikut ekskul Marching Band cuma kami berdua?" ucap Anggy.
"Yang penting, sekarang, kami jadi temenan. Ya 'kan, Nggy?" timpal Suci.
Keduanya lantas melakukan tos.
"Wait! Ini, kok, kalian berdua jadi sekongkol gini, sih?"
Suci dan Anggy tertawa kemenangan melihat wajah Lead yang sukses dibuat skak mat oleh keduanya.
"Kalian bertiga, kok, malah bercanda, sih?" tegur Cantika tiba-tiba, "buruan kerjanya. Sore ini sudah harus selesai, lho!" sambungnya lagi.
"Siap, Bu!" ketiganya menyahut salah tingkah.
"Kamu, sih, Lead!" gurau Anggy.
"Aku lagi yang kena!"
Anggy dan Suci tertawa serempak.
"Ayo, buruan kerja. Nanti dimarahin lagi sama Bu Cantika," ucap Lead.
"Yuk! Lead, kamu gantungin ini di atas, dong. Tolong," Anggy tersenyum memelas sembari menyodorkan gantungan bermotif batik.
"Di atas?" Lead menunjuk ragu.
Anggy mengangguk, "tolonglah, Lead. Aku sama Suci 'kan make rok panjang. Kamu 'kan roknya pendek. Ya? Tolong, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS? [Completed]
Teen Fiction"Waktu kecil, aku sering melihat beberapa ikan sardin berekor panjang, berwarna keemasan, berenang di angkasa malam, lalu secara tiba-tiba satu per satu mereka melesat jatuh dengan cahaya menyembur dari mulut mereka" *** Ini hanya sebuah kisah, tent...