Alunan musik berdentum di dalam ruangan dengan kerlap-kerlip berwarna itu. Setiap orang dalam ruangan itu saling berjoget ria, menggoyangkan tubuhnya, satu-dua meminta wine tambahan kelas atas, tapi kesemuanya itu tetap tak berhasil membuat Audrey dan Alex tergiur untuk ikut bergoyang bersama. Keduanya duduk di kursi bar sembari memegang gelas minuman masing-masing.
Seorang pelayan cantik tersenyum menawarkan minuman tambahan. Audrey dengan cepat menggeleng. Soft drink tanpa alkohol yang baru saja dihabiskannya sudah lebih dari cukup, sementara itu Alex meminta segelas wine lagi. Ia melihat tatapan Audrey sejenak lewat lirikan matanya, "kenapa? Ada yang salah?" tanyanya setelah minum.
Audrey menggeleng cepat, "nggak ada. Cuma... Agak aneh aja. Masih belum puas sama tiga gelas wine?"
Alex menyeringai mendengar ucapan itu, "I know it. Aku sama sekali nggak masuk dalam 'tipe' kamu. Of course. Tipe kamu pastinya sejenis dokter ganteng itu -- siapa namanya? Mitch Graiden, ya 'kan?"
"Cih! Sembarangan!" Audrey tersenyum tipis.
Alex ikut tertawa tipis.
"Hai!" seorang gadis tiba-tiba menepuk pundak Alex dan Audrey. Keduanya menoleh, tentu saja itu Sandra yang sedang berulang tahun hari ini. Gadis cantik itu tersenyum lebar.
"Oh, hai, Sandra! Happy birthday! Wish you all the best," ucap Audrey ramah.
"Yeah, happy birthday, Sandra. Nice to meet you again and especially in your special day," timpal Alex.
"Yash! Of course. This is a special day. Not just for me, but for us. You know, I'll never believe it. Setelah lulus SMA, kalian berdua tetap mesra aja. Malah makin mesra lagi. Langgeng terus, ya, Alex, Audrey. Kalo nikah nanti, jangan lupa undang gue," celoteh Sandra. Audrey tersenyum canggung mendengar kalimat itu.
"Pasti, dong. Mana mungkin kami lupa?" Alex berucap yakin. Tangannya tiba-tiba bergerak menggenggam tangan Audrey. Audrey mengernyitkan kening, tapi ia tidak bisa banyak bertindak. Sandra masih di sini.
"Hei, Sandra!" Sandra menoleh, melambai pada teman-temannya yang memanggil.
"Aku ke sana dulu, ya," pamitnya pada Audrey dan Alex. Keduanya mengangguk.
Tepat sedetik setelah Sandra berkumpul bersama teman-temannya, Audrey menarik tangannya dari genggaman Alex.
"I don't like it, Alex. Aku nggak suka kamu pegang-pegang tanganku kayak tadi," ucap Audrey dingin.
Alex tersenyum hambar, "I know it. But, yeah... You know, Sandra perlu sebuah bukti yang mendukung apa yang dia katakan."
"Oh, ya? Terus, kenapa kamu nggak kasih tahu dia yang sebenernya aja?"
"Yah... Cause it's not a right place and time to say it all, Audrey," jawab Alex, Audrey menghela nafas. Ia sungguh jenuh dengan semua ini, sementara Alex kembali meneguk wine-nya, tegukan terakhir.
Ia tiba-tiba bangkit berdiri, lantas melangkah mendekati Sandra. Audrey mengernyit melihat pria itu nampak berbisik pada Sandra. Dahinya semakin terlipat kala melihat gadis manis dengan dress merah tanpa lengan itu tersenyum simpul lantas melangkah menaiki panggung. Dari belakang, Alex mengikutinya. Pria berwajah bule itu tersenyum manis sekilas pada Audrey, membuatnya mengernyit.
"Hello! Good night, guys! Gimana pestanya? Seru?" Sandra berseru lewat microphone, "nah! Kali ini, kita bakal dengerin suara tenor merdunya temen sealumni kita. Ada yang tahu siapa?" Sandra berhenti sejenak, membiarkan gumaman memenuhi aula megah itu, "nggak usah nunggu lama-lama lagi, kita sambut aja, ini dia, Alexander Hilton!" seru Sandra, penonton bertepuk tangan riuh. Beberapa gadis bahkan berteriak histeris.
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS? [Completed]
Teen Fiction"Waktu kecil, aku sering melihat beberapa ikan sardin berekor panjang, berwarna keemasan, berenang di angkasa malam, lalu secara tiba-tiba satu per satu mereka melesat jatuh dengan cahaya menyembur dari mulut mereka" *** Ini hanya sebuah kisah, tent...