Jemmy mendorong pintu dengan ukiran rumit tersebut. Ia berbalik, tersenyum, "selamat datang! Ini rumah kita yang baru. Aku memang sengaja cari rumah yang bertingkat satu supaya Cantika nggak kesulitan mencapai seluruh rumah. Tempat ini juga lebih dekat dengan sekolah Lead juga tempat kerjaku. Dan, yah... Khusus untuk kalian berdua, aku punya kejutan khusus," ucap Jemmy penuh teka-teki.
"Kejutan?" Lead dan Audrey saling berpandangan.
"Maksudnya?" tanya Lead.
"Kalau penasaran, langsung masuk aja. Yuk!" ajak Jemmy. Ia kemudian mendorong kursi roda Cantika masuk ke dalam rumah tersebut.
"Wow! Ini bener-bener luas banget, Om Jemmy! Dekorasinya juga keren, tapi... Mmmm..." Lead bergumam, "kayaknya aku perlu dekor ulang, deh. Kursi ini dipindah ke sana, terus... Ah! Lemari yang itu ke sini, habis itu..."
"Habis itu, kamu dekor kamar kamu aja," potong Jemmy.
"Oh, iya! Kamarku?! Kamarku yang mana, Om?" tanya Lead antusias.
"Itu, kamar yang di situ," tunjuk Jemmy.
Lead berlari antusias menuju kamar tersebut lantas membuka pintunya, "wow! Ini kamarku, Om?! Luas banget!" seru Lead, "warnanya juga keren, semuanya serba ungu pastel, warna kesukaanku!"
"Kamu suka?" tanya Jemmy. Lead mengangguk.
"Dan, kamu, Audrey. Kamar kamu yang ada di sana," ucap Jemmy.
"Thanks, Jem," sahu Audrey.
"Oh, ya! Seperti yang aku bilang tadi, ada kejutan khusus untuk kalian berdua. Ayo ikut!" Jemmy membawa Lead ke halaman belakang rumah. Tepat ketika Jemmy membuka pintu belakang, Lead langsung tertegun.
Di hadapannya, terbentang lapangan futsal kecil lengkap dengan garis-garis lapangan juga gawangnya.
"Om Jemmy, ini seriusan buat aku?!" seru Lead.
"Ya iyalah. Dua rius malahan!" jawab Jemmy.
"Makasih, Om!"
Jemmy kembali memasuki rumah, "dan, untuk Audrey, kamu lihat 'kan bangunan di samping rumah ini? Coba, deh, kamu cek ada apa di bangunan itu," ucap Jemmy penuh teka-teki.
Audrey mengerutkan kening, "oke?" Ia lantas melangkah menuju samping rumah.
Di sana terdapat sebuah ruangan luas dengan pintu geser dari besi. Audrey semakin mengerutkan kening. Ia kemudian mengangkat pintu tersebut, membukanya.
Tepat ketika ia menghidupkan saklar lampu, "oh my gosh, Jemmy!" seru Audrey. Ia berlari kembali ke rumah, "are you sure that's for me?!" tanyanya.
"Do you think?"
"Thank you so much, Jem!" Audrey memeluk Jemmy, "kamu bener-bener udah ngewujudin mimpiku yang paling besar untuk punya tempat praktek sendiri!" serunya.
"Iya, iya. Aku terima, deh, kasihnya, tapi jangan teriak-teriak di telingaku juga, dong. Sakit, tahu!" ucap Jemmy kesal.
Audrey hanya tertawa kecil, "makasih banyak, ya."
"Udah. Nggak usah bilang makasih lagi. Kamu tuh adikku satu-satunya. Selama kamu belum menikah, kamu termasuk tanggung jawabku. Udah tugasku untuk bikin kamu bahagia. Sekarang, tinggal kamu manfaatin aja, deh, tempat praktek itu. Kerja yang bener, ya," ucap Jemmy.
"Siap, bos!" Audrey menyahut sembari menirukan gaya hormat seorang prajurit. Jemmy mengacak rambut adiknya itu gemas.
"Ya udah, kalo gitu, aku bawa Cantika masuk kamar dulu. Kalian berdua boleh lakukan apapun yang kalian suka, termasuk kalau kamu pengen dekor ulang ruangan ini, Lead," gurau Jemmy. Lead tertawa renyah mendengarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/177634348-288-k917903.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS? [Completed]
Teen Fiction"Waktu kecil, aku sering melihat beberapa ikan sardin berekor panjang, berwarna keemasan, berenang di angkasa malam, lalu secara tiba-tiba satu per satu mereka melesat jatuh dengan cahaya menyembur dari mulut mereka" *** Ini hanya sebuah kisah, tent...