"Pentas Seni SMA Nusa Jaya"
Lead menatap spanduk tersebut. Tangannya melempar-lempar apel yang sedari tadi digenggamnya.
Sembari mengunyah apel, ia terus mengamati benda itu dari ujung kanan bawah sampai ujung kiri atas.
"Menurut kamu, bakal asyik, nggak?" tanya seseorang tiba-tiba.
Lead menoleh, menatap sejenak Anida dan Yasfa yang tiba-tiba saja sudah berdiri mengapitnya. Keduanya sama sekali tak menatap Lead, alih-alih justru ikut memerhatikan spanduk.
Lead kembali menggigit apelnya, mengunyahnya.
"I don't know. Aku nggak pernah nonton Pentas Seni soalnya."
Yasfa hampir tersedak mendengar ucapan Lead.
"Serius?"
"Dua rius malahan," Lead menjawab dengan wajah tanpa dosa. Ia lantas kembali menggigit apelnya.
"Ya Allah, kasihan bener hidup lu, Lead," Anida berucap prihatin.
Lead tak berkomentar.
"Aku jadi penasaran. Bakal gimana, ya, jadinya?" gumamnya lagi.
"Ya udah, kalo penasaran, masuk aja! Ngapain kamu berdiri di luar tadi?" ucap Yasfa.
"Iya, Yasfa," Lead menggaruk tengkuk, merutuk dalam hati. Ia menggigit apelnya kembali lantas memasuki gerbang sekolah.
***
Lead mengedarkan pandangannya, bolak-balik menatap lagi jam tangannya.
Pukul 18.00 WIB.
Masih satu jam lagi sebelum Pentas Seni dimulai.
"Kita cari tempat duduk aja dulu, Lead. Kalo rame nanti malah susah," ucap Anida.
Lead mengangguk.
Ia mengikuti langkah Yasfa dan Anida.
Tapi, langkahnya justru membawanya bertemu...
"Hai!" sapanya.
"Oh! Hai, Lead!" sahut pria itu, "apa kabar? Udah baikan habis kemarin?"
"Udah," Lead senyum-senyum sendiri. Pipinya bersemu merah, malu-malu. "Mmmm... Ngomong-ngomong, makasih soal yang kemarin," ucapnya lagi.
"Oh! Sama-sama. Udah, nggak usah dibahas lagi. Aku nggak enak jadinya," pria dengan rambut legam tak disisir itu tertawa pelan.
Astaga! Terkutuklah Eros kalau sampai Mozes menyadari pandangan Lead yang tidak biasa padanya.
Mozes?
Iya, Mozes! Siapa lagi pria yang sukses memanah cinta tepat di lubuk hati Lead?
"Kalo gitu, aku duluan dulu, ya," ucap Mozes.
"Tunggu," Lead mencegat tangan Mozes.
Mozes menatap tangannya serba salah.
"Maaf," Lead tersadar lantas melepaskan tangan Mozes.
Pria itu tersenyum teduh.
"Nggak papa," ucapnya kemudian.
"Eeee... Sebenernya aku jarang lihat kamu bicara di kelas, padahal kamu 'kan ketua kelas. Aku... Aku nggak maksud buat bikin kamu tersinggung atau risih. I just want to know you more. Jadi... Boleh 'kan kalo kita..." Lead berdehem sejenak, "kita jadi temen?"
Mozes mengerutkan kening sembari ditemani lengkung manis yang tak kunjung lepas dari wajahnya. Sementara Lead membulatkan mata pertanda ia masih menunggu jawaban Mozes.

KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS? [Completed]
Novela Juvenil"Waktu kecil, aku sering melihat beberapa ikan sardin berekor panjang, berwarna keemasan, berenang di angkasa malam, lalu secara tiba-tiba satu per satu mereka melesat jatuh dengan cahaya menyembur dari mulut mereka" *** Ini hanya sebuah kisah, tent...