The Truth (2)

2.1K 125 27
                                    

Vote
Vote
Vote

Ayo guys VOTE (Tekan gambar bintang yang ada di kiri bawah layar ya)

HAPPY READING GUYS 😉

Eh, comment dulu dong...
Biar tambah semangat Up-date nya

Ok,
Comment
Comment
Comment

***

'Bagaimana ini, apa aku harus mempercayainya?' tatap bianca nanar . Abbias juga mulai bingung dengan kediaman bianca.

"Bagaimana jika apa yang kamu katakan itu bohong"

"Kapan aku berbohong padamu" jawab abbias membuat bianca langsung bersiap menjawab, tapi baru saja terbuka bianca mengurungkan niatnya. 'ah iya juga. Aku tidak pernah menanyakan hal ini padanya. Hmhh.... Baiklah' fikir bianca kemudian.

"Baiklah. Kau duluan"

"Hmmh...." Lega abbias lalu menggeser duduknya mencari posisi nyaman, karena sepertinya akan panjang. Sedang bianca masih diposisinya, mengamati pergerakan abbias.

"Ceritakan, kenapa kamu pergi dari rumah begitu saja?"

"Rumah?" Tanya bianca bingung lalu perlahan dia mengerti maksud abbias.

'dan dia lupa rumahnya' sedih abbias menghela pasrah.

"Oh itu. Bryan memberikanku kotak berisi foto2mu. Dia bilang jika aku ingin tau aku harus ikut dengannya. Ya aku ikut saja. Sampai bandara trus aku tidak mengingat lagi. Bangun2 sudah di rumahmu"

"Rumahku? Maksudnya?"

"Rumahmu, apa kamu lupa? Cih" kesal bianca berdecih sembari menggeser duduknya menjauhi abbias.

'astaga, jadi dia di rumah. Bagaimana bisa....' belum selesai ingatannya lalu matanya membesar dan kembali menatap bianca.

"Kapan?" Tanyanya segera menggebu.

"Kau sungguh ingin tau kapan?" Tanya bianca penuh kebencian mengingat kejadian menjijikkan itu. "Apa kau lupa? Apa aku perlu mengingatkanmu saat kau bergumul dengan kekasihmu? Apa per...." Mulut abbias ternganga, matanya mengerjap2 seolah tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.

"Stop stop! Please stop" pintanya tidak mampu mendengarkan lebih jauh. Tangannya meraup wajahnya, sepertinya dia malu dan menyesal.

"Kau sudah mulai mengingatnya?" Tanya bianca masih dengan tatapan penuh kebencian dan senyum sinisnya. "Baguslah. Akupun sudah mulai merasa jijik mengingatnya" suasana hening. Suasana hening.

"Lanjutkan" pintanya lagi.

"Ok. Beruntung Bryan menyelamatkanku dari pertunjukan live itu. Harry memberika ku uang dan aku menyewa sebuah hotel. Sampai beberapa hari kemudian dia datang lagi dan memintaku meninggalkanmu" bianca sedikit menjedanya. Abbias kembali menatapnya serius.

"Dan aku bilang....., dengan senang hati, tentu dengan beberapa syarat" jawab bianca penuh penekanan

'ah, aku tidak percaya kau melepaskanku begitu saja hon' singut abbias kecewa.

"Jangan menatapku begitu. Kau fikir siapa yang akan bertahan dengan orang yang selama ini telah mengambil segalanya darimu dan menghancurkannya, meninggalkanmu sendiri hah?" Seru bianca berapi api. Abbias menelan ludahnya terkejut dengan amarah bianca.

"Aku minta surat cerai darimu, dan jangan pernah menemuiku lagi"

"Itu permintaanmu?" Tanyanya bingung.

"Hmmm.... Dan tak kusangka kau memberikannya. Huuuhhg..." Desahnya kecewa.

"What? Surat cerai? Aku tidak pernah menandatanganinya. Melihatnya pun aku tidak hon" gantian abbias yang terkejut. Dia mendekati bianca dan menggapai lengannya. "Sumpah, aku tidak pernah melakukannya".

Black Side Bianca 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang